Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Setelah melihat pabrikan mobil kelas premium tanpa pengalaman apa pun soal SUV yang beramai-ramai memasuki segmen SUV – seperti Porsche (Cayenne & Macan), Bentley (Bentayga), Maserati (Levante), Rolls-Royce (belum ada nama resmi) – akhirnya Jaguar tidak mampu lagi menahan diri. Pabrikan yang bermarkas di Coventry, Inggris, ini pun merilis F-Pace melalui tampilan perdana dalam ajang Frankfurt Motor Show 2015.

Lalu, apa latar belakang yang mendorong Jaguar untuk menghadirkan  F-Pace?

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Menurut Direktur Riset & Teknologi Jaguar Land Rover, Dr Wolfgang Epple, ada tiga alasan utama yang menjadi latar belakang F-Pace. “Pertama, Jaguar memiliki track record yang sangat baik dan sejarah sukses yang begitu panjang di segmen  sports car. Kedua, saat ini segmen non sedan (SUV) berkembang sangat pesat sesuai tuntutan  konsumen yang ingin kabin lapang, posisi mengemudi yang lebih nyaman, dan akses yang lebih mudah. Ketiga, belum ada SUV yang benar-benar berkarakter sport dan dinamis di pasar,” jelas pria pemegang gelar doktor ilmu komputer asal Universitas Karlsruhe, yang mulai bergabung dengan JLR sejak Juni 2012.

Terkait penjelasan tersebut, segmen pasar SUV kelas premium yang diisi oleh Jaguar F-Pace memang tumbuh pesat dalam kurun satu dekade terakhir, dengan volume penjualan yang meningkat dari 100.000 unit hingga 1 juta unit di seluruh dunia. Dan, Jaguar yakin, segmen pasar SUV premium masih akan tumbuh melebihi 50% dalam kurun 5 tahun mendatang. Melalui F-Pace, Jaguar berharap dapat menarik 90% konsumen baru dengan usia rata-rata di bawah 50 tahun.

Atas undangan Jaguar Land Rover melalui PT Grandauto Dinamika, Motor Trend Indonesia berkesempatan menghadiri acara Global F-Pace Media Drive di Montenegro, akhir April lalu.

Mengapa Montenegro?

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Negara kecil (penduduknya hanya 647.000 orang) di sisi timur Laut Adriatic, serta diapit oleh  Croatia, Bosnia-Herzegovina, Serbia, dan Albania ini memiliki kondisi alam berbatu-batu dan jalanan berliku di kawasan pegunungan yang sangat menantang. Sangat ideal untuk menguji sports car, apalagi “sports car” dengan suspensi jenis long travel, ground clearance yang cukup tinggi dan  ban yang memiliki grip optimal. 

Tiba di Bandara Tivat (seukuran Bandara Kemayoran) setelah menempuh penerbangan sekitar 3 jam dari Farnborough dengan pesawat Bombardier CJR200 milik Adria Airlines, kami diantar menuju terminal ferry Lepetane. Dalam kapal penyeberangan, sudah terdapat barisan F-Pace dengan plat nomer Jaguar Prancis yang siap menemani sepanjang perjalanan menuju destinasi berikutnya.

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Giliran untuk mencoba pertama kali adalah varian top of the line, Jaguar F-Pace S dengan mesin V6 3,0 liter supercharged 380 hp (mesin ini juga dipakai oleh varian S F-Type, XF dan XE). Dan, pada perjalanan selanjutnya bergantian dengan varian F-Pace 20d bermesin 4 silinder 2,0 liter turbo diesel 180 hp. 

Berbekal dimensi 4.731 mm x 1.936 mm x 1.667 mm dan  wheelbase 2.874 mm,  sosok F-Pace  berada di antara  Porsche Cayenne dan  Porsche Macan. Tampilan  kap mesin panjang, bodi gembung dan proporsi kabin yang didorong ke belakang menyiptakan kesan F-Pace sebagai sports car Jaguar yang jangkung, apalagi didukung pelek 22 inci yang modis. Tidak heran, karena inspirasi desain F-Pace berasal dari F-Type coupe. 

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Masuk kabin F-Pace dan duduk di kursi pengemudi, terasa  nuansa khas sedan Jaguar – garis jendela yang tinggi dan proporsi bagian atas mobil (greenhouse) yang ramping. Desain interior F-Pace  mengadaptasi properti XF terbaru melalui  multi-function steering wheel, panel instrumen digital  12,3 inci, hingga  layar sentuh  10,2 inci di tengah dashboard.

XF juga menyumbang platform  D7A  all aluminium, sehingga karakter F-Pace di jalanan terasa mirip dengan saudaranya tersebut. Walau demikian, 81% komponen F-Pace dibuat unik, sehingga konsumen bisa membedakan karakter spesifik  XF dengan sang SUV.  

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Melaju dari terminal feri Lepetane  menuju Slansko Dam untuk lokasi makan siang, terasa karakter khas F-Pace yang sangat sedan dalam hal kabin dan posisi mengemudi. Secara khusus, posisi mengemudi F-Pace lebih tegak daripada  sedan, namun tidak setegak posisi mengemudi Land Rover Defender.

Di sisi lain, kualitas peredaman kabin yang khas Jaguar membuat Anda merasa nyaman sepanjang perjalanan. Satu-satunya yang Anda dengar saat duduk di kursi depan hanyalah deru knalpot yang menyenangkan, dan suara ban jika Anda menghuni kursi belakang. Oh, ya, sandaran punggung kursi belakang F-Pace S dilengkapi fitur reclining (rebah), agar penumpang mendapatkan kenyamanan tambahan.  

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Kondisi jalan yang berliku disertai tekstur aspal yang bervariasi, menjadi sarana pembuktian  grip yang ditawarkan ban Pirelli PZero 265/40 R22.  Apalagi ditambah sistem AWD dan torque vectoring,  termasuk kontrol sasis, membuat pengendalian terasa netral (tidak understeer dan tidak oversteer) saat melalui jalan menikung dan berliku tajam.

Satu pujian untuk F-Pace adalah pengendaraan yang impresif berkat peredaman sistem suspensi yang berkarakter medium – tidak soft dan tidak stiff  — sehingga meminimalkan body roll dan limbung sambil mengoptimalkan stabilitas tanpa mengorbankan kenyamanan. Harus diakui, para engineer Jaguar dapat mencapai kompromi ideal pada F-Pace; karakter sport  ditonjolkan tanpa menghilangkan ciri khas Jaguar sebagai pabrikan mobil kelas premium.

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Mengingat latar belakang Jaguar sebagai produsen sports car, sudah jelas memacu F-Pace S  380 hp sangat menyenangkan berkat  derum suara knalpot yang terdengar merdu. Namun, jika Anda membutuhkan all-round performer, varian F-Pace bermesin diesel 2,0 liter menjadi pilihan terbaik yang menawarkan kompromi optimal antara keasyikan mengemudi, efisiensi bahan bakar, dan daya tahan – walau harus diakui, ada sejumlah fitur pada varian 2.0 diesel yang dihilangkan; semisal HUD, reclining rear seat, dan penyetelan tilt & telescopic steering yang menjadi manual.

Memang, akselerasi F-Pace 2.0 diesel lebih lambat daripada saudaranya yang bermesin bensin V6 3,0 liter supercharged 380 hp. Namun, begitu mesin diesel Ingenium 2,0 liter mencapai sweet zone-nya, F-Pace peminum solar  terasa  ringan  dan menyenangkan. Terlebih mesin diesel 2,0 liter menyajikan torsi 430 Nm yang tersedia antara 1.750 rpm-2.500 rpm, sehingga lebih fleksibel daripada  mesin bensin V6 3,0 liter dengan torsi 450 Nm yang harus diraih pada 4.500 rpm. Selain itu, transmisi otomatis ZF 8-speed (kombinasi 6 rasio standar + 2 rasio overdrive) juga pintar  mengelola pasokan torsi yang mengalir dari mesin. 

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”   

Selaku produk perdana yang menjadi andalan di segmen SUV, tentunya Jaguar melengkapi F-Pace dengan segudang teknologi pamungkas untuk menghadapi segala macam jenis jalan dan kondisi alam. Maka, kendati nantinya hanya sedikit atau mungkin saja tidak ada konsumen yang bersedia membawa F-Pace ke luar jalan aspal,  namun ketika  jalan normal berakhir, mobil ini masih punya kemampuan jelajah medan (cross country)

Seperti mobil lain sekelasnya, kapabilitas F-Pace tersebut berasal dari teknologi elektronika mutakhir, yang salah satunya berupa  Adaptive Surface Response System. Perangkat tersebut berfungsi mirip autopilot, yang mengatur secara otomatis mapping untuk throttle, transmisi, dan kontrol stabilitas untuk memaksimalkan traksi pada berbagai kondisi jalan. 

 

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Sistem pendukung lain berupa All Surface Progress Control yang  dikembangkan oleh  Land Rover, dan bekerja  mirip  low-speed cruise control dengan pilihan kecepatan antara 3,5 km/jam-30 km/jam, serta memungkinkan F-Pace untuk mengatur sendiri throttle dan rem untuk menjaga  traksi. Alhasil, saat mencoba fitur ini di  Montenegro, pengemudi hanya perlu mengatur roda kemudi. Tidak lebih, dan tidak kurang. 

Jaguar menyebut  F-Pace sebagai “The Most Practical Sports Car.” Ada alasan tepat untuk mendukung klaim itu, karena F-Pace memadukan sosok sporty dan karakter sports car Jaguar era modern dengan kepraktisan dan utilitas ala SUV yang tidak pernah ada dalam sejarah pabrikan yang bermarkas di Coventry tersebut.

Melalui F-Pace, ada tiga target yang dibidik Jaguar secara simultan. Pertama, produk ini memungkinkan Jaguar memperlebar jangkauan pasarnya. Kedua, menjaga konsumen agar tidak pindah ke lain hati. Ketiga, membuka segmen pasar yang baru. Dan, harus diakui, status report untuk Jaguar F-Pace = Mission Accomplish!

 “The Macan Effect”

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Jaguar memandang BMW X4 dan Porsche Macan sebagai rival utama F-Pace. Secara khusus, Macan menjadi sasaran utama yang dibedah habis-habisan oleh tim engineering Jaguar, karena produk Porsche tersebut memang menjadi acuan di segmen yang dituju F-Pace.

Begitu hebatnya pengaruh Macan terhadap F-Pace, sehingga program pengembangan F-Pace harus dihentikan sementara waktu karena menunggu hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim sasis Jaguar terhadap Macan. Berbekal laporan tersebut, Jaguar melakukan perubahan pada aspek  roll stiffness untuk sasis  F-Pace. Awalnya,  roll gradient F-Pace disamakan dengan  Range Rover Evoque, dan kemudian diubah menjadi setara Macan. 

“The Aluminium Effect”

 

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Seperti juga  XE dan  XF,  F-Pace menganut platform  D7a, walaupun  81% komponennya dibuat berbeda karena sesuai kebutuhan untuk SUV. Di sisi lain,  80%   bodi F-Pace terbuat dari aluminium.  Pintu-pintu dan lantai belakang terbuat dari baja untuk memaksimalkan  distribusi berat depan belakang. Tailgate terbuat dari bahan komposit. 

Berat struktur bodi utamanya sekitar 300 kg, sementara satu panel bodi samping hanya 6 kg. Jaguar sudah memproduksi bodi mobil berbahan aluminium  sejak  XJ keluaran tahun 2003. Sekitar 30% bodi  F-Pace adalah  aluminum daur ulang, dan  Jaguar berambisi membuat bodi mobil yang 75% terbuat dari  bahan aluminium daur ulang pada  2020.

Rupanya,  aluminium daur ulang dapat menghemat biaya  produksi sampai  95%, sehingga  harga mobil baru lebih kompetitif. Untuk bisa dipakai kembali, aluminium daur ulang tersebut harus memenuhi standar  RC5754, dan saat ini Jaguar mendaur ulang sebanyak  30.000 ton aluminium per tahun. 

“The Gadget Effect”

 

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Menyadari para  pemakai F-Pace menyukai kegiatan di luar ruang, Jaguar membuat semacam gadget praktis yang tahan air dan bersifat mirip kunci kontak.  Disebut Activity Key, perangkat ini memungkinkan pengguna  F-Pace untuk membuka dan mengunci  pintu-pintu. 

Activity Key memakai teknologi  RFID, seperti kartu kredit jenis contact-less. Untuk mengoperasikannya, cukup dengan menyentuhkan Activity Key ke huruf “J” di sisi  logo Jaguar  pada pintu bagasi.

Jaguar mengklaim Activity Key ini waterproof, shockproof, dan tidak perlu baterai. Wow….

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

“The Rival Effect”

Inilah beberapa rival utama Jaguar F-Pace:

AUDI Q5

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Walau usia edarnya sudah  cukup lama, Q5 masih tetap kompetitif. Interior semakin menua, namun terasa modern dan berkelas. Varian S Q5 menjanjikan performa terbaik. 

BMW X3

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”   

 

SUV ini terancam oleh saudaranya sendiri, X1, namun menawarkan keasyikan mengemudi  yang lebih baik dan postur tubuh tinggi untuk memaksimalkan daya jelajah di segala macam jalan. Juga tersedia dengan pilihan RWD, yang harganya lebih kompetitif.

BMW X4

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Mengisi celah di antara X3 dan X5, SUV crossover ini saling berbagi dengan X3. Sosoknya mirip dengan X6, yang lebih kompak dan menjanjikan performa sports car yang kental.

LEXUS NX

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

SUV crossover ini disiapkan Lexus sebagai produk baru untuk mengisi segmen pasar entry level dan diposisikan di bawah RX (mid-size crossover). NX sendiri berasal dari Nimble Crossover.  

MERCEDES-BENZ GLC-CLASS

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Boleh disebut, GLC-Class selangkah di belakang F-Pace dalam hal performa di jalur lurus. Namun, kabin solid, pengendalian mantap, dan desain dinamis menjadi nilai jual unggulan.  

PORSCHE MACAN

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

 

Ruang bagasinya tergolong kompak, namun performa dan pengendalian menjadi nilai jual Macan.  Stabilitasnya mendapatkan acungan jempol dan menjadi acuan bagi SUV lain di sektor akurasi dan keseimbangan pengendalian. 

VOLVO XC60

Review I Jaguar F-Pace: “Not (just) The Latecomer”

Mulai diproduksi sejak 2008 sampai sekarang, SUV Volvo ini berbagi teknologi dengan Land Rover Freelander 2007, dan memiliki kapabilitas off road yang cukup baik.

 

TAGS

KOMENTAR (0)