Mobil klasik biasanya lebik banyak disimpan dan dikoleksi pemiliknya. Namun, di Kedai Vintage, mobil kasik secara leluasa diperdagangkan. “Pengguna mobil klasik di Indonesia cukup banyak, tapi stoknya terbatas. Semakin banyak orang ymencari mobil klasik, semakin tinggi harganya,” kata Dharma Adsasmuda, sang owner.
Selalu saja ada orang bertanya: Bagaimana sih caranya memiliki mobil klasik, dan berapa budget-nya?
Mobil klasik, karena nilai dan kelangkaannya, seringkali memang bikin nyali ciut, bahkan untuk sekadar mereka-reka kisaran harganya. Tapi, di Kedai Vintage, keragu-raguan itu bukan mustahil pupus.
Adalah Dharma Adsasmuda, si pemilik kedai, yang berani memastikan, “Untuk bisa memulai hobi ini, butuh dana awal setidaknya Rp 30 juta s/d Rp 50 juta. Dana itu cukup untuk membeli Mercedes-Benz keluaran 1970-an.”
Di Kedai Vintage, yang beralamat di Jalan Cirendeu Raya, Jakarta Selatan, mobil klasik serupa itu (selama stoknya ada, tentu!) bisa saja didapat. Beragam varian Mercy, dengan harga yang juga beragam, pun ada. Sebut saja Mercedes-Benz Mini 200 (W114), Mercedes-Benz Batman 280S (W108), Mercedes-Benz Batman 190 (W110), Mercedes-Benz 600 Pullman, dan banyak lagi.
Hanya saja, Dharma mengingatkan, “Itu baru harga mobilnya, lho. Belum termasuk perbaikan dan perawatan yang juga butuh biaya.”
Itu sebabnya di kedai yang ia bangun sejak tahun 2006 tersebut, harga Mercy klasik yang ditawarkan bervariatif, tergantung tipe serta kondisi mobil. Ada yang Rp 30 juta seperti tadi sudah disebutkan, tapi ada juga yang sampai Rp 2 Miliar!
Fluktuasi harga yang sulit diprediksi itu pulalah yang membuat Dharma merasa nyaman berbisnis mobil klasik. “Potensinya besar. Pengguna mobil klasik di Indonesia cukup banyak, tapi stoknya terbatas. Semakin banyak orang yang mencari mobil klasik, semakin tinggi harganya,” katanya.
Dan, ada satu lagi: “Membeli mobil klasik tidak bisa secara mencicil. Harus tunai. Kalau harganya Rp 1 miliar, ya, harus dibayar segitu. Kalau kita tidak sanggup, masih banyak orang lain yang mau membeli.”
Masuk akal jadinya jika Dharma mengaku bisa menjual setidaknya 20 Mercy klasik per tahun, dengan omset mencapai Rp 2 miliar. Dan, omset tersebut belum termasuk penghasilan dari penyewaan mobil-mobil koleksinya yang biasa dipakai untuk pembuatan film layar lebar, iklan, video klip, hingga sesi pemotretan.
“Harga sewa untuk pembuatan film dan video klip Rp 5 juta s/d Rp 10 juta per hari. Untuk iklan dan sesi pemotretan, per hari Rp 3 juta,” katanya.
Kedai Vintage, sesungguhnya, memang bukan sebatas showroom mobil klasik. Di situ juga dipamerkan dan dijual beragam barang jadoel. Mulai dari lukisan, prangko, radio, vespa, sepeda motor, hingga berbagai sparepart kendaraan. Namun, yang mendominasi tetap saja Mercy klasik.
Kenapa melulu Mercy sih? Dharma punya alasan, “Karena mobil pabrikan Jerman ini memiliki kesan eksklusif dan lux. Jadi, banyak orang yang mengincar dan ingin membeli.”
Dan, faktanya, para pembeli Mercy klasik di Kedai Vintage tidak hanya dari Indonesia. Peminat dari Singapura, Jerman, dan Australia pun banyak.
Kendati begitu, Dharma tidak serta-merta mengizinkan seluruh mobil klasiknya dibeli orang. Ada beberapa yang tidak akan ia jual meski ditawar setinggi langit. Salah satunya, Mercedes-Benz W180.
Dalihnya, “Selain memang kondisinya bagus dan original, itu adalah mobil klasik pertama yang saya beli.”
KOMENTAR (0)