Industri otomotif saat ini tengah mengalami hambatan yang sulit. Dituntut peralihan menuju kendaraan listrik, sementara proposisi yang layak harus mengalami hambatan setelah masalah rantai pasokan dan masalah kekurangan komponen meletus. Salah satunya, Toyota, yang mengatakan akan memangkas rencana produksi globalnya sekitar 100.000 unit dampak kekurangan semikonduktor di seluruh industri.
Krisis chip memang tengah mengerogoti para pabrikan mobil raksasa. Namun seperti yang lainnya, Toyota telah menemukan cara dalam posisi di mana perlu melakukan penyesuaian untuk mengekang efek dari kekurangan chip.
Pada bulan Maret, raksasa Jepang ini mengumumkan akan menghentikan produksi di salah satu pabrik domestiknya, offline selama delapan hari karena kurangnya semikonduktor.
Hal ini juga membuat rencana untuk memotong produksi global sebesar 150.000 unit pada bulan April lalu.
Minggu ini, pembuat mobil bZ4X ini kembali mengumumkan bahwa mereka akan memangkas produksi global lagi sekitar 100.000 unit menjadi sekitar 850.000 unit pada bulan Juni, karena kesulitan perangkat microchip. Namun, Toyota tetap akan mengejar target produksi sekitar 9,7 juta unit di seluruh dunia pada Maret 2023.
Selain itu, Toyota juga mengumumkan penangguhan lini pabrik lainnya, karena kekurangan pasokan komponen yang disebabkan oleh tindakan penguncian ketat di Shanghai, Cina. Penangguhan akan berlangsung selama lima hari, mulai Rabu hingga 3 Juni mendatang. Jeda waktu ini akan memengaruhi 16 jalur di 10 pabrik untuk bulan Mei dan Juni.
Toyota membuat rencana ambisius untuk meluncurkan 30 BEV baru memasuki tahun 2030, dan menjual sekitar 3,5 juta mobil baterai-listrik setiap tahun. Tetapi dengan kemunduran saat ini yang disebabkan oleh gangguan pasokan dan semikonduktor yang sulit dipahami, rencananya mungkin akan menghadapi hambatan serupa.
KOMENTAR (0)