AMC dikenal berani tampil beda dan senang mencoba hal-hal baru. Meskipun tahu Pacer akan menjadi kontroversial, mereka tetap memproduksinya sebagai kendaraan “masa depan” dan irit BBM.
Seluruhnya bermula dari tahun 1971, ketika American Motors Corporation, alias AMC, mulai menggoreskan desain Pacer untuk pertama kali.
AMC memang dikenal berani tampil beda dan senang mencoba hal-hal baru, baik untuk urusan desain maupun rekayasa. Namun, tentu saja, tak selamanya berhasil; kadang lebih baik, tapi sering juga lebih buruk. Dan, Pacer diaanggap sebagai salah contoh yang terbaik di masa itu.
Toh, saat memasuki tahap produksi tahun 1975, anak-anak muda – yang sering dijuluki sebagai “flower generation” – dari dekade sebelumnya justru menganggap Pacer “mahluk” aneh. Car and Driver bahkan menggambarkannya sebagai “The Flying Fishbowl.”
Namun, pada saat yang sama, Pacer sesungguhnya merupakan alternatif menarik untuk gas guzzlers Detroit yang mulai dipadati bangunan gedung-gedung bertingkat. AMC rupanya berusaha mengantisipasi ke depan: Mobil apa yang layak “berkelana” di belantara kota serupa itu.
Pacer dirancang amat cermat, luar-dalam, dengan empat penumpang diberi ruang maksimum yang sangat leluasa untuk ukuran compact car.
Kendati begitu, AMC tahu, Pacer akan menjadi kontroversial, bahkan mungkin bakal jadi bahan ejekan.
Lihat saja bentuk bodinya, baik untuk jenis hatchback maupun wagon. Keduanya kerap dikatai sama noraknya; persis seperti seorang guru SMA yang masih tinggal bersama ibunya di usianya ke 45!
Meskipun Pacer dimaksudkan untuk menjadi contoh mobil yang peduli akan keselamatan dan efisien dalam urusan bahan bakar, namun faktanya tidak seindah itu.
Beratnya saja sampai 3.000 lbs; dan para penumpang dikelilingi melulu oleh kaca, sehingga mereka perlu berharap tidak akan terjadi tabrakan serius yang akan menghancurkan kaca-kaca tersebut.
Namun, sisi positifnya, distributor AMC Prancis sempat menyebutkan dalam iklan mereka, bahwa Pacer sesungguhnya sama indahnya dengan bokong seorang wanita cantik.
Hmm…, Anda sepakat soal itu?
KOMENTAR (0)