Bagi para penggemar VW di Indonesia, nama Didi Wiroto mungkin sudah tidak asing lagi. Selain sebagai salah satu pendiri Klub Volkswagen Indonesia, Didi juga dikenal sebagai pehobi sekaligus kolektor Volkswagen Karmann Ghia.
Dulu, sekitar tahun ‘90-an, ia masih memililiki 6 unit Karmann Ghia. Namun, seiring perjalanan waktu, ia akhirnya hanya menyisakan satu unit saja.
Tapi, jangan salah, Karmann Ghia produksi 1962 yang kini nongkrong di rumahnya, ternyata milik mantan Presiden RI pertama, Soekarno!
“Hadiah” dari Menteri
Didi kemudian bercerita, suatu hari, sekitar tahun ‘70-an, ayahnya, K. Wiroto – yang bekerja sebagai Kepala Urusan Bagian Kendaraan Istana – pulang ke rumah sambil membawa Volkswagen Karmann Ghia bercat putih-biru. “Kondisinya sangat baik, dan masih original. Seluruh permukaan bodi, interior dan mesinnya tanpa cela.”
Mobil tersebut, masih cerita Didi, rupanya diperoleh sang Ayah langsung dari tangan Mardanus, ketika itu Menteri Perindustrian Maritim Kabinet Dwikora (1964-1966) – dibuktikan dengan Surat Keterangan berkop resmi Presiden Indonesia, dan ditandatangani Soekarno, tertanggal 22 Maret 1965. Hanya saja, dalam surat tersebut, kapasitas Mardanus sebagai Presiden Direktur Carya Putra, bukan menteri. Dan, selain Karmann Ghia, Soekarno juga menghadiahkan Mardanus sebuah Opel Kapitan, B-562, produksi 1961.
“Kata Pak Mardanus, kami harus merawat Karmann Ghia ini. Tapi, Ayah tidak banyak bercerita mengenai bagaimana cara mendapatkan mobil tersebut; apakah dia beli atau diberikan. Yang pasti, Ayah menjelaskan bahwa mobil itu bekas digunakan Presiden Soekarno,” kisah Didi.
Menepati janjinya, Didi dan almarhum ayahnya pun merawat VW dua pintu tersebut dengan sungguh-sungguh. “Sampai saat ini kondisinya masih bagus. Cuma memang ada beberapa bagian, seperti velg dan knalpot, yang saya ganti karena termakan usia. Bodinya juga sempat saya cat ulang jadi seperti sekarang,” kata pria kelahiran 20 Mei 1955 dan ayah dua anak ini.
Besar di Bengkel
Sebagai anak “pejabat istana”, Didi besar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Masa remajanya dihabiskan dengan membantu sang Ayah memperbaiki mobil-mobil kolega mereka di rumah. Rata-rata mobil keluaran Amerika dan Eropa; mulai dari Cadillac, Chevrolet Impala, sampai Chrysler 48.
Dari kebiasaan itulah, Didi kemudian banyak belajar mengenai otomotif, sampai akhirnya membuka bengkel di Ciganjur, Jakarta Selatan, hingga kini. “Saya tidak menyesal masa-masa muda saya dihabiskan di bengkel, karena ilmu yang didapat dari orangtua sangat terasa dikemudian hari. Sekarang saya bisa melakukan banyak hal; seperti bongkar-pasang engine, electrical, body repair, dan lain-lain,” katanya.
Didi memang dikenal luar biasa telaten dalam memperlakukan mobil-mobil kesayangannya. Mencuci mobil, misalnya, bisa ia lakukan dari pagi sampai sore hari dengan mencopoti bagian per bagian, sebelum akhirnya dipasang kembali.
Saat berada di halaman parkir toko swalayan pun, jika melihat mobilnya kotor, ia tak segan-segan menyekanya, baru dikendarai pulang. Dan, setiba di rumah, mobil itu dicuci lagi, lalu ditutupi plastik dua lapis.
Memang luar biasa!
luar biasa…… mas Didi…….. hobby yang menjadi ilmu yang kemudian hari sangat bermanfaat
ternyata mengoleksi mobil kalau dg ilmunya bisa mendatangkan rezeki berkah yang hebat