
Suksesi di Suzuki Motor Corporation akhirnya resmi dilakukan. Osamu Suzuki, yang sudah bertengger di pucuk pimpinan sejak 1978, menyerahkan posisi President Director kepada Toshihiro Suzuki, Selasa (30/6) kemarin.

Toshihiro, yang tak lain putera sulung Osamu dan sebelumnya menjabat Executive Vice President, kini efektif berperan sebagai COO (Chief Operating Officer) – sementara Osamu tetap sebagai CEO dan Chairman.

Penggantian pucuk pimpinan Suzuki Corp tersebut, diharapkan, dapat menepis keragu-raguan para investor di Jepang atas ketidakpastian masa depan perusahaan, sekaligus bisa meningkatkan saham perusahaan setidaknya lebih dari lima persen.

Osamu, yang kini berusia 85 tahun, dinilai sudah terlalu lamban dalam merespons perkembangan industri. Dan, menurut Satoru Takada, seorang analis Tiw Inc kepada The Economic Times, “Promosi Toshihiro telah menyaput awan gelap yang menggantung di atas langit Suzuki.”

Lahir di Gero, Gifu, Jepang pada 30 Januari 1930, Osamu (yang bernama asli Osamu Matsuda) mengawali karir di Suzuki Motor Corporation tahun 1958. Ia kemudian menikahi Shoko Suzuki, cucu perempuan Michio Suzuki, pendiri Suzuki Motor Corporation – dan selanjutnya menggunakan nama marga isterinya “Suzuki” sebagai pengganti “Matsuda”.

Usai itu karirnya di Suzuki Motor Corporation terus menanjak: Menjadi Direktur tahun 1963, Junior Managing Director pada 1967, dipromosikan ke jabatan Senior Managing Director tahun 1972, dan puncaknya sebagai President dan Chief Executive Officer pada 1978.

Tahun 2011, ia mengangkat empat pembantunya sebagai vice president – salah satunya adalah Toshihiro Suzuki, yang dipercaya mengurusi bisnis perusahaan di luar negeri.

Meninggalnya Hirotaka Ono – Vice President yang digadang-gadang bakal menggantikan Osamu – karena kanker pankreas tahun 2007, dan mundurnya dua eksekutif lainnya dengan alasan kesehatan, secara langsung telah memberi peluang Toshihiro untuk mengambil posisi puncak.

Toshihiro Suzuki (56 tahun) awalnya meniti karir di Denso Corp, sebelum bergabung dengan Suzuki Motor pada 1994. Sejumlah kalangan menilai tantangan yang akan dihadapi Toshihiro sebagai pimpinan baru Suzuki tidaklah ringan. Di pundaknya diletakkan target keuangan perusahaan untuk lima tahun, termasuk meningkatkan pendapatan sampai Maret 2020.

Pe-er terbesar Toshihiro adalah menghadang gempuran Honda Motor Company di India yang gencar menawarkan mobil berbanderol murah. Saat ini India menjadi pasar terbesar Suzuki melalui anak perusahaan Maruti Suzuki India Ltd, produsen mobil terlaris di negeri itu dengan kapitalisasi pasar 2.24 triliun yen (U$ 18.3 miliar), kira-kira setara dengan Fiat Chrysler Automobiles.

Pekerjaan rumah berikutnya menyelesaikan sengketa dengan Volkswagen AG, yang “didalangi” Yasuhito Harayama, mantan birokrat di Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri.

Harayama tadinya dipekerjakan oleh sesepuh Suzuki sejak 2009, dengan tugas utama mengawasi kerjasama Suzuki-Volkswagen dalam pembuatan mobil kecil hemat bahan bakar berharga murah. Namun, di tengah jalan, terjadi sengketa, yang akhirnya membawa mereka ke lembaga arbitrase internasional pada November 2011. Suzuki Motor bersikeras menyelesaikan masalah tersebut dengan membeli kembali 19,9 persen saham yang terlanjur dipegang Volkswagen AG.

Kepada wartawan di Tokyo, Osamu Suzuki berujar, “Semula saya ingin menunggu sampai proses arbitrase dengan VW selesai. Tapi, ternyata urusannya begitu lama, sehingga saya memutuskan untuk tidak lagi menunggu dan mengumumkan perubahan manajemen sekarang.”

Toshihiro Suzuki sendiri, dalam sambutan pengangkatannya, memastikan akan meneruskan kebijakan pendahulunya secara proaktif. Karena itu, dia berharap, segera dilakukan serah-terima kewenangan.

Reaksi pasar bergerak positif pasca berita tentang perubahan manajemen tersebut. Saham Suzuki Motor naik 5.5 persen, sebelum berakhir 2.7 persen. Begitu pasar ditutup, Suzuki langsung mengumumkan target keuangan mereka yang baru. Antara lain, ingin meningkatkan penjualan menjadi 3,4 juta kendaraan sampai Maret 2020. Hal itu sekaligus menargetkan pendapatan perusahaan menjadi 3.7 triliun yen (US$ 30.24 miliar), naik dari 3.1 triliun yen yang diproyeksikan sebelumnya.































KOMENTAR (0)