Dunia otomotif Tanah Air tengah memulai era baru dalam mensosialisasikan kehadiran beberapa mobil listrik yang diluncurkan para APM besar. Tak hanya pabrikan Eropa dan Amerika, pabrikan Jepang dan Korea pun ikut andil dalam menawarkan kendaraan berbasis listrik bagi konsumen Indonesia saat ini.
Meski begitu, ada ganjalan saat mengetahui nilai jual mobil listrik yang ditawarkan. Harga jual yang relatif tinggi membuat varian ini hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang untuk merasakan benefitnya.
Acuan harga dari berbagai mobil listrik yang ada di Indonesia pun beragam. Kebanyakan berada di atas angka Rp 450 juta hingga Rp 1 miliar lebih. Adapun dua model mobil listrik murni yang memiliki harga termurah saat ini adalah Hyundai Kona dan Ioniq di rentang harga Rp 600 jutaan. Sementara mobil hybrid dengan harga terendah saat ini Nissan Kicks e-Power Rp 449 juta dan Toyota Corolla Cross Hybrid Rp 479 juta.
Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Riyanto mengatakan, agar mobil listrik diterima masyarakat adalah dengan memangkas komponen harga. Saat ini rentang harga mobil listrik dengan mobil konvensional (ICE) sangat jauh. Dengan kisaran harga yang ditawarkan, rasanya belum mampu memantik minat masyarakat untuk beralih dari mobil konvensional ke model tenaga listrik.
Riyanto menyebutkan dengan rentang harga yang jauh lebih mahal menjadikan mobil listrik saat ini hanya bisa dibeli kalangan menengah atas. Secara fungsional ini menjadi gaya hidup bagi mereka yang ingin memiliki koleksi mobil listrik.
Menurutnya, harga mobil listrik masih bisa disesuaikan lagi dengan kondisi dan selera konsumen di Indonesia. Tak perlu banyak fitur, asalkan tetap berbasis elektrifikasi.
“Itu sebenarnya terlalu mewah untuk Indonesia, banyak fasilitas dan fitur yang bakal tidak digunakan,” papar Riyanto dalam diskusi virtual Peluang dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia, Kamis (26/11).
Idealnya masyarakat Indonesia bisa merasakan model mobil listrik rasa LCGC berupa MPV berkapasitas 7-penumpang dengan rentang harga Rp 300 jutaan, yang diakui lebih menjadi primadona dan sekaligus bisa terserap banyak kalangan.
Ia juga membuat skema perbandingan harga mobil biasa dengan listrik, setelah kena insentif berupa potongan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019, yang berlaku setelah 16 Oktober 2021.
Jika pada 2022 harga mobil Low MPV berkisar Rp 300 jutaan, maka setelah kena insentif, harga mobil hybrid dengan kelas yang sama menjadi Rp 316 jutaan.
Sedangkan mobil plug-in hybrid pada segmen yang serupa menjadi sekitar Rp 357 jutaan. Adapun versi listrik murninya masih di Rp 407 jutaan.
Berkaca dari penjualan otomotif di Indonesia, dengan rentang harga Rp 250 juta ke bawah saat ini, konsumen bisa memilih ragam model, mulai dari Low SUV, Low MPV, dan Low Cost Green Car (LCGC). Selain itu, segmen ini juga menyediakan opsi kapasitas tujuh-penumpang.
Idealnya, pemerintah harus memberikan insentif tambahan sebesar Rp 80 juta, agar harga mobil listrik sesuai di rentang harga Rp 320 jutaan.
Meski demikian, ia juga memahami jika tingginya harga jual mobil listrik berasal dari komponen baterai yang tinggi. Dengan hitungan kasar, harga baterai mobil listrik hampir sekitar 50 persen dari harga kendaraan itu sendiri.
Ia berharap ke depannya harga baterai bisa lebih murah terlebih bila diproduksi di Indonesia. Di mana Indonesia saat ini memiliki sumber daya bahan baku baterai. Sejumlah perusahaan asing pun tertarik membuat pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.
KOMENTAR (0)