Jaman dulu, mesin mobil punya v-blet (tali kipas) minimal dua; satu untuk memutar water pump + alternator dan satu lagi untuk memutar kompresor AC. Lalu bertambah satu lagi v-belt untuk memutar pompa power steering. Jaman kini, peran v-belt digantikan oleh serpentine belt berupa satu belt yang panjang dan bertugas memutar sekaligus water pump, alternator, kompresor AC dan pompa power steering (kecuali yang memakai EPS). Tidak heran kalau serpentine belt menjadi salah satu komponen penting bagi mesin mobil. Makanya jika serpentine belt bermasalah, mesin tidak akan mampu bekerja optimal. Secara umum, usia pakai serpentine belt mencapai sekitar 80.000 km, bahkan ada yang berakhir pada 100.000 km. Tentunya lebih aman mengikuti panduan buku manual pemilik terkait penggantian serpentine belt. Namun demikian, serpentine belt bisa rusak kapan saja dan di mana saja. Nah, agar bebas dari masalah tersebut, lakukan pengecekan serpentine belt seperti berikut ini.
Pengecekan Visual
Lakukan pengecekan kondisi fisik serpentine belt setiap kali membuka kap mesin. Perhatikan jika terlihat getas, retak, belepotan oli/gemuk, kendur, keausan, terkelupas, dan kerusakan lainnya. Begitu melihat tanda-tanda tersebut, segera ke bengkel untuk mengganti serpentine belt.
Pengecekan Non-Visual
Saat mengemudikan mobil dan terdengar suara mencicit dari arah ruang mesin menjadi indikasi masalah pada serpentine belt. Karena serpentine belt memutar banyak perangkat penting dalam satu waktu, lebih baik berkunjung ke bengkel untuk pemeriksaan lanjutan atau penggantian. Gejala lain yang bisa dirasakan adalah indikator check engine menyala, kemudi berat, AC tidak bekerja normal dan mesin panas.
KOMENTAR (0)