Nama Ikhsan Utama, pemuda kelahiran Jakarta 21 September 1990, sudah malang-melintang di dunia drifting dan balap nasional.
Obsesi untuk menjadi pebalap telah muncul sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, karena biaya motorsport sangat mahal, apa boleh buat, keinginan itu harus ia tahan-tahan.
“Dari SMP, saya sudah senang dengan dunia balap. Tapi, karena kurang dukungan dari orangtua, maka saya putuskan untuk bekerja sebagai mekanik,” katanya.
Barulah selepas SMA, obsesi itu terlaksana saat Ikhsan mendapat kesempatan menimba ilmu teknik otomotif di Malaysia selama 3,5 tahun.
Saat di Malaysia, ia bertemu Rheinadi Arinton yang memiliki hoby drifting, dan kebetulan sedang mengikuti Formula Drift Asia. Rheinadi kemudian mengajak Ikhsan untuk menjadi mekaniknya. “Kesempatan berharga yang tidak saya lewatkan,” cerita Ikhsan, saat ditemui di Kemayoran, Minggu (30/8).
Berkenalan dengan Rhe, sapaan akrab Rheinadi, akhirnya menggiring Ikhsan masuk dunia drifting. “Sembari bekerja di bengkel, sedikit demi sedikit saya menggali informasi dan seluk-beluk drifting. Dari situ, selama 3 tahun, saya menimba ilmu dunia drifting di Asia,” lanjutnya.
Pulang dari Malaysia, kembali Ikhsan bekerja sebagai mekanik, dan berjumpa Aris Bewok, yang belakangan mengenalkannya ajang balap retro touring di Sentul. “Ternyata budget untuk balap touring lebih murah dibandingkan drifting,” katanya.
Untuk menghilangkan rasa penasaran, ia kemudian menguras tabungan hasil kerja selama di Malaysia untuk membangun sebuah Toyota Corolla KE30 keluaran 1974, bermesin HD16 dari Feroza. “Dengan mobil itulah saya mengikuti ajang balap touring di Sirkuit Sentul,” ia berkisah.
Dan, kesempatan itu datang tahun 2013, saat IMI Jakarta menyelenggarakan Kejurnas Drifting, sebuah event yang sangat di tunggu-tunggu para drifter nasional. “Kesempatan yang tidak saya sia-siakan,” tambah Ikhsan, yang hadir di gelaran Kejurnas Drifting Seri Ketiga. Saat itu ia dipercaya Amin Budiono dari Bengkel Autotechnic untuk mengendarai mobil Cefiro.
Untuk menutup pengeluaran biaya-biaya drifting, Ikhsan mengaku tetap bekerja sebagai mekanik. “Saya bekerja sambil balapan, satu hal yang sangat sulit dan juga melelahkan. Beruntung memasuki Seri 4 dan 5, saya mendapat support dari Achilles. Sejak saat itu saya semakin kecanduan dan lebih semangat mengikuti drifting.”
Sempat vakum tahun 2014 karena memang tidak ada event, membuat Ikhsan tak bisa meng-improve skill dan mobilnya. Bagusnya, mulai tahun ini, ajang drifting kembali bangkit dengan digelarnya berbagai event kompetisi bergengsi.
“Mudah-mudahan tahun 2015 ini menjadi awal kebangkitan kembali dunia drifting Indonesia,” katanya, penuh harap.
KOMENTAR (0)