Berbagai Cara Industri Pelumas Agar Bertahan Disaat Pandemi

Berbagai Cara Industri Pelumas Agar Bertahan Disaat Pandemi

Dampak pandemik Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh industri otomotif. Industri pendukungnya seperti pelumas juga mengalami penurunan permintaan sejak April-Mei 2020 lalu. Industri otomotif, manufaktur, pertambangan dan komersial yang selama ini menopang penjualan pelumas di Indonesia merosot tajam, salah satu sektor yang masih tetap berjalan sampai saat ini adalah pertanian.

Andria Nusa, Ketua Umum Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) mengatakan, saat kondisi normal penjualan pelumas sampai 180 kl, untuk otomotif, industri dan komersial. Lapangan usaha yang positif tumbuh hanya pertanian, yang lainnya negatif. “Otomotif, pertambangan, konstruksi semua negatif kecuali pertanian,” katanya.

Berbagai Cara Industri Pelumas Agar Bertahan Disaat Pandemi

Meski optimis, namun Andria memperkirakan kemungkinan terburuk, skenario penurunan sampai 17%. “Kami harap skenario lebih baik, hanya 13%,” terangnya beberapa waktu lalu.

Asosiasi ini pun memiliki cara untuk mengatasi dampak Covid-19 ini, di antaranya survivev, service, prepare dan action. Survive ini dilakukan untuk jangka pendek, karena perusahaan industri pelumas terdiri dari berbagai perusahaan, besar dan kecil. “Yang paling riskan perusahaan menengah ke bawah,” terangnya lagi.

Terpenting menurutnya adalah menerapkan protokol kesehatan. Selanjutnya adalah efisiensi dan dukungan pemerintah terhadap industri ini. Cara bertahan yang kedua adalah service untuk konsumen yang terdampak. “Layanan tambahan kemudahan akses atau home service,” ungkap Andri.

Berbagai Cara Industri Pelumas Agar Bertahan Disaat Pandemi

Selanjutnya yang harus dilakukan adalah prepare atau persiapan untuk menghadapi new normal atau post normal. Persiapan menggunakan program digital untuk memasarkan produk dan cara melayani konsumen dengan baik,” terangnya lagi.

Action merupakan cara mengatasi pandemik, program CSR harus dijalankan untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19.

KOMENTAR (0)