Kabar pembelian saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) oleh investor Lo Kheng Hong langsung melesatkan harga saham emiten 25% pada sesi akhir perdagangan, Jum’at (8/1). Saat penutupan perdagangan Senin (11/1), harga saham GJTL kembali naik 13,94%.
Alasan sang investor memborong saham perusahaan ban terbesar di Asia Tenggara ini menurutnya adalah nilainya yang tergolong murah. Hal tersebut pun menarik perhatian Lifepal untuk membahas seputar performa sekaligus fundamental dari GJTL.
Tepat pada 11 Januari 2021, harga saham GJTL ditutup naik 13,94% di harga Rp 940 per lembar. Secara historis, harga saat ini tidak jauh berbeda dengan harga GJTL di pekan kedua April 2010.
Kinerja saham GJTL di 2010 terlihat jauh lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Aneka Industri Bursa Efek Indonesia. Namun memasuki Juli 2015, kinerja GJTL mulai melemah.
Hanya pada pekan kedua Juli 2016 hingga pekan pertama April 2017 lah performa GJTL kembali meningkat dan mengungguli IHSG sebelum akhirnya kembali melemah. Melihat pada kesehatan keuangan GJTL, perusahaan ini memiliki utang yang melebihi ekuitasnya.
– Rasio utang berbanding ekuitas (debt to equity ratio) = 194,10%
– Current Ratio 157,75%
– Debt ratio 66%
Sejak tahun 2010 hingga 2020, 2012 merupakan tahun perusahaan ban yang cukup sering mensponsori kegiatan balap mobil dan offroad ini mencetak laba bersih tertingginya. Seperti yang tercantum pada laporan tahunan GJTL tahun 2012, laba bersih perusahaan naik 65,4% yoy dari Rp 684,5 miliar ke Rp 1,13 triliun. Dalam periode tersebut, penjualan GJTL ada di angka Rp 12,57 triliun atau naik 6,23%.
Berdasarkan data RTI pada 11 Januari 2021, GJTL yang saat itu dihargai Rp 940 per lembar memiliki nilai PER (price earning ratio) -23,49 x. Berikut adalah informasi seputar nilai PER, harga, dan kapitalisasi emiten di Sektor Aneka Industri sub-sektor Otomotif dan Komponen.
PER minus atau negatif pada GJTL, terjadi karena GJTL sedang mengalami kerugian. Nilai ini didapat lantaran rumus dari PER adalah Harga Saham/EPS (laba per saham). PER negatif lebih menunjukkan sebuah fundamental perusahaan yang sedang kurang baik karena nilai EPS yang didapat juga negatif.
Sekretaris Perusahaan GJTL, Kisyuwono menyampaikan bahwa Prospek bisnis ban ke Amerika Serikat masih cukup baik dengan adanya bea masuk anti dumping yang mulai diterapkan pemerintah Amerika Serikat atas produk ban dari Taiwan, Vietnam, Thailand dan Korea Selatan.
KOMENTAR (0)