Hyundai dan Kia dikendakan denda US$ 210 juta atau sekitar Rp 2,95 triliun (kurs Rp 14.074) oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Denda tersebut diberikan kepada dua brand otomotif asal Korea Selatan tersebut karena gagal menarik 1,6 juta unit kendaraannya yang mengalami gagal produksi.
Dikutip OtoBlitz.net dari Reuters, Sabtu (28/11), sebanyak 1,6 juta unit kendaraan yang diproduksi Hyundai dan KIA di AS dilaporkan memiliki masalah pada mesinnya.
Pihak Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional atau National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) mengatakan, kedua produsen itu setuju untuk membayar denda tersebut.
Lebih jelasnya, Hyundai harus membayar denda sebesar US$ 140 juta atau sekitar Rp 1,97 triliun. Denda itu terdiri dari pembayaran di muka sebesar US$ 54 juta, kewajiban untuk memperbaiki kinerja keselamatan sebesar US$ 40 juta, dan tambahan denda sebesar US$ 46 juta jika tidak memenuhi persyaratan.
Sedangkan Kia Motors harus membayar US$ 70 juta atau sekitar Rp 985 miliar yang terdiri dari pembayaran di muka sebesar US$ 27 juta, kewajiban memperbaiki keselamatan dan keamanan kendaraan sebesar US$ 16 juta, dan potensi denda yang ditangguhkan sebesar US$ 27 juta.
“Sangat penting bahwa produsen dengan tepat mengenali urgensi tanggung jawab penarikan kembali demi keselamatan mereka, dan memberikan informasi yang tepat waktu dan jujur kepada agen atau dealer tentang semua masalah pada semua unit kendaraan,” kata Deputi Administrator NHTSA James Owens.
Hyundai dan Kia mengakui, pihaknya tidak segera menginformasikan kepada agen atau dealer penjual unit-unitnya bahwa produk mereka mengalami masalah pada mesin.
Sebagai bagian dari penyelesaian, Hyundai menginvestasikan US$ 40 juta atau sekitar Rp 562 miliar untuk membangun laboratorium pengujian dan inspeksi lapangan keselamatan di AS, dan menerapkan sistem teknologi informasi terbaru untuk menganalisis data keselamatan dengan lebih baik.
Sementara itu, Chief Safety Officer Hyundai Motor Amerika Utara, Brian Latouf menyebutkan keselamatan pelanggan adalah prioritas tertinggi dalam mengambil tindakan untuk meningkatkan respons terhadap potensi masalah keselamatan.
“Kami menghargai hubungan kolaboratif serta kooperatif dengan Departemen Perhubungan AS dan NHTSA. Kami akan terus bekerja sama dengan badan tersebut untuk secara proaktif mengidentifikasi dan mengatasi masalah keselamatan,” katanya.
KOMENTAR (0)