Menurut Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, 80% kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya diakibatkan oleh permasalahan pada ban. “Sebagian besar penyebabnya adalah tekanan angin yang tidak sesuai,” jelasnya dalam sebuah acara “Waspadai Kondisi Ban Saat Berkendara di Jalan Tol,” di Gedung Kemenhub, Jakarta, tahun lalu. Apalagi banyak pengemudi yang memacu kencang kendaraannya di jalan tol. Berangkat dari kondisi tersebut, jangan pernah anggap sepele ban. Saat melaju di jalan, nywa kita semua bergantung pada telapak ban yang menjadi kontak antara mobil dengan permukaan jalan. Dan, luas telapak ban yang berhubungan dengan jalan hanyalah seluas telapak tangan. Supaya tidak menganggap sepele, inilah hal-hal yang terkait dengan ban.
Tekanan angin
Ada tiga kondisi tekanan angin pada ban; kekurangan tekanan angin, kelebihan tekanan angin dan tekanan angin yang tepat. Jika kekurangan tekanan angin maka efeknya adalah ban cepat panas (berpotensi meletus), boros bahan bakar dan ban cepat rusak. Sebaliknya, kelebihan tekanan angin membuat ban menjadi memantul di atas permukaan jalan alias minim traksi sehingga berbahaya pada kecepatan tinggi. Umumnya, data tentang tekanan angin ban sesuai rekomendasi pabrikan terdapat pada stiker yang tertempel di pilar B dekat pintu pengemudi. Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan angin yang akurat, lakukan pengukuran saat ban dalam kondisi dingin semisal pagi hari. Gunakan alat ukur tekanan angin yang akurat.
Rotasi berkala
Lakukan juga rotasi ban secara teratur sesuai rekomendasi pabrik mobil dan informasi tersebut umumnya tercantum dalam buku manual pemakai. Beberapa pabrikan mobil merekomendasikan rotasi ban setiap 10.000 km, tergantung situasi dan kondisi operasional. Rotasi ban dapat melibatkan empat ban atau lima ban tergantung kebutuhan. Yang paling ideal tentunya rotasi ban dengan sistem lima ban karena ban serep juga ikut mengalami rotasi. Saat rotasi ban, perhatikan bahwa setiap ban juga wajib mendapatkan giliran yang sama untuk bertugas sebagai ban depan mapun belakang. Jangan salah pasang arah putaran ban saat melalukan rotasi ban. Melakukan rotasi ban secara teratur berarti setiap ban akan mengalami keausan secara merata.
Wheel alignment
Pada dasarnya, wheel alignment mencakup balancing (setiap roda) dan spooring (roda depan maupun belakang). Ban yang tidak “balance” menciptakan masalah seperti kemudi bergetar pada kecepatan tertentu. Sedangkan spooring yang tidak tepat menyebabkan pengendalian tidak stabil, kemudi menarik ke satu arah, keausan ban tidak rata. Dulu, spooring hanya melibatkan roda depan, namun kini dengan semakin banyaknya mobil yang menganut sistem suspensi belakang independen, maka spooring juga berlaku untuk roda belakang. Beberapa pabrikan mobil merekomendasikan balancing dan spooring setiap 10.000 km, tapi ada juga yang menetapkan per 20.000 km. Perhatikan bahwa hasil akhir spooring tidak akan optimal jika kondisi kaki-kaki mobil kurang “sehat” semisal bearing roda, tie rod, ball joint, shock absorber dan spring sudah kendur atau melemah.
KOMENTAR (0)