Nama Erik Carlsson tak bisa dipisahkan dari Saab, karena nyaris di seumur karir balapnya menjadi “Saab brand ambassador”, sampai-sampai sering dijuluki sebagai “Mr Saab” — yang juga pernah dipakai sebagai karakter fiksi “Karlsson-on-the-Roof”.
Di dunia reli internasional, nama Carlsson sempat berkibar sejak akhir ‘50-an hingga awal ‘60-an, ketika ia berkali-kali sukses mencetak kemenangan di berbagai event premier, salah satunya Monte Carlo Rally.
Carlsson juga tampil mengesankan saat meraih gelar juara beruntun RAC Rally di Inggris tahun ’60, ’61, dan ’62.
Novel James Bond terbaru, Icebreaker, karya Yohanes Gardner, bahkan menyebutkan Erik Carlsson melatih Bond mengemudi Saab 900 Turbo sebelum berangkat ke “medan laga”.
Saab sendiri terkesan senang-senang saja bekerjasama dengan Carlsson.
Ketika di masa-masa awal menerjunkan armadanya dalam berbagai kompetisi reli, pihak Saab menyadari jika mobil-mobil mereka kurang bertenaga. Carlsson-lah yang kemudian, dengan keahlian mengemudinya, menjaga revs up dan harus mempertahankan kecepatan tinggi saat menikung dengan mengembangkan teknik pengereman kaki kiri – sementara kaki kanan tetap pada pedal gas. Teknik ini membuat bagian belakang mobil melenting keluar namun tetap terkendali tanpa harus kehilangan kecepatan – meskipun secara signifikan mempercepat keausan rem.
Tahun 1965, bersama istrinya, Pat Moss – yang juga pereli dan adik dari Stirling Moss – Carlsson menulis buku “The Art and Technique of Driving” (diterbitkan oleh Heinemann, London). Buku ini demikian popular di masanya, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, Jepang, serta Spanyol.
Julukan “Carlsson on the roof” berasal dari cerita anak-anak, Karlsson, karangan Astrid Lindgren. Nama itu diberikan gara-gara Carlsson punya kebiasaan “menjalankan mobil dengan atapnya”. Dalam salah satu Safari Rally, ia bahkan sengaja menggulingkan mobil untuk menghindar dari genangan lumpur. Ketika wartawan meragukan cerita tersebut, Carlsson membuktikan dengan kembali menggulingkan mobilnya.
Tim Ford kemudian mencoba aksi yang sama terhadap Ford Cortina, dan mengakibatkan lebih banyak kerusakan mobil di sepanjang sejarah seluruh reli di seluruh dunia.
Erik Carlsson memang dikenal kontroversial, dan sering melakukan sejumlah hal yang tidak biasa. Ketika dalam salah satu reli di Inggris, ia membutuhkan spare part, dan kebetulan menemukan ada Saab 96 baru milik entah siapa teronggok di tempat parkir.
Tanpa meminta izin pada sang Pemilik, Carlsson dan mekaniknya langsung membongkar Saab tersebut, lalu memindahkan sejumlah spare part ke mobilnya. Ketika si Pemilik tahu dan naik pitam, sang Co-Driver terpaksa susah-payah meredakan situasi sambil menjelaskan bahwa Erik adalah sopir pabrik untuk Saab, dan mobil si Pemilik akan segera diganti dengan yang baru. Ujung-ujungnya, Erik malah berteman dengan pemilik Saab tersebut, dan terus bertukar kartu setiap kali Natal tiba.
Erik mengawali karirnya dalam Rally Portugal 1959, dan langsung memimpin berbagai kejuaraan di Eropa. Pesaing terdekatnya adalah Paul Coltelloni dari tim Citroen, yang sengaja “dibeli mahal” dari Alfa Romeo.
Para wartawan dan pecinta reli di seluruh dunia selalu saja mendengar desas-desus bagaimaina Erik seringkali “mengakali” berbagai lomba untuk meraih kemenangan. Ketika peraturan reli masih menerapkan hukuman terhadap kerusakan mobil di garis finish, Erik dikabarkan selalu berhenti di tengah jalan, lalu membenahi bagian-bagian mobil yang penyok dengan bantuan seorang mekanik. Ia bahkan pernah mencuci mobilnya dengan bensin cadangan di tengah lomba – karena tak menemukan air bersih – agar tetap terlihat bersih dari lumpur – yang juga masuk dalam kategori penilaian saat itu.
Bagusnya, tak ada seorang pun yang berhasil membuktikan desas-desus tersebut. Kendati sempat mendapat beberapa penalti karena kecurigaan para juri, faktanya, gelar juara Erik Carlsson tak pernah dicabut.
Tahun 2010, nama Erik Carlsson menjadi salah satu dari empat orang pertama yang masuk dalam Rally Hall of Fame – bersama Rauno Aaltonen, Paddy Hopkirk, dan Timo Makinen.
Dan, Rabu, 27 Mei kemarin, pereli yang lahir di Trollhättan, Swedia, 5 Maret 1929, itu wafat. Ia pergi meninggalkan Saab dan hiruk-pikuk dunia reli yang dicintainya dalam usia 86 tahun.
KOMENTAR (0)