Krisis keuangan yang dialami Aston Martin sejak 2018 lalu membuat pabrikan otomotif yang bermarkas di Gaydon, Inggris tersebut harus menggalang dana investasi agar terhindar dari kebangkrutan.
Dengan aset kapital $620 milyar (£492 milyar) yang dimiliki oleh Public Investment Fund (Dana Investasi Publik) Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman segera memanfaatkan kesempatan untuk menyuntik dana investasi sebesar £78 juta di Aston Martin Lagonda, di luar dari kesepakatan lainnya yang totalnya sekitar £575 juta.
Dengan demikian maka Kerajaan Arab Saudi memiliki dua kursi di dewan komisaris dengan prosentase andil sebesar 16,7% sekaligus menjadi pemodal terbesar kedua di Aston Martin Lagonda setelah Lawrence Stroll yang memegang andil saham sebesar 18,3%. Sementara posisi Mercedes-Benz dengan andil 9,7% bergeser ke posisi ketiga.
Penggalangan dana investasi tersebut terpaksa dilakukan oleh Aston Martin guna membayar hutang sebesar £957 juta akibat defisit keuangan yang disebabkan oleh anjloknya nilai saham Aston Martin Lagonda di bursa saham FTSE London pada tahun 2018-2020 di era Andy Palmer dan Geely. Aaah.. tak heran jika Stroll menolak tawaran investasi yang disodorkan kembali oleh Geely kendati nominalnya lebih dari £1 milyar dan lebih memilih suntikan dana dari Arab Saudi.
Dengan investasi yang ditanamkan oleh Kerajaan Arab Saudi, maka kian terbuka lebar kesempatan bagi Aston Martin untuk dapat bekerjasama dengan sejumlah industri yang dimiliki oleh Kerajaan Arab Saudi, salah satunya yakni Aramco.
Tak hanya berkecimpung di sektor migas, Aramco merupakan salah satu produsen material serat karbon terbaik–salah satu bahan baku dalam pembuatan supercar dan hypercar serta mobil balap F1. Masa depan litbang dan manufaktur supercar, hypercar serta tim F1 Aston Martin setidaknya memiliki harapan yang cukup cerah. Hal ini lah yang menjadi salah satu pertimbangan Aston Martin Lagonda kemudian menerima tawaran dari Pangeran Mohammed bin Salman.
KOMENTAR (0)