Rencana peralihan Ford pada mobil listrik berdampak besar terhadap lini produksi, khususnya pada ribuan pekerja manufaktur Ford. Pengurangan 580 pekerja yang dilakukan Ford pada April lalu kian memperkuat sinyal adanya pemangkasan SDM yang jauh lebih banyak, khususnya di lini produksi kendaraan bermesin konvensional.
Dari 90.000 pekerja yang ada di divisi manufaktur Ford Blue di Michigan, AS, diperkirakan bakal terjadi pemangkasan lebih dari 8.000 buruh kontrak dalam beberapa pekan mendatang. Tak sekadar mengalami pemotongan gaji dan tunjangan, buruh tetap dan staf administrasi pun tak luput dari rencana reduksi SDM.
Dengan adanya pemotongan gaji karyawan dan reduksi SDM, Ford bakal menghemat biaya operasional sekira $50 milyar yang akan dialihkan untuk mendorong target produksi 2 juta unit mobil listrik per tahun yang akan dimulai pada tahun 2026 mendatang.
Namun nyatanya, untuk mendanai produksi mobil listrik, saat ini Ford masih mengandalkan dari hasil penjualan mobil konvensional sebagai sumber pemasukan utama. Hal tersebut berdasarkan pada laba bersih yang dibukukan Ford Motor Company pada periode Maret 2021 – Maret 2022 sebesar $11,565 milyar, mengalami peningkatan 190.87% dari periode awal pandemi COVID-19 di tahun 2020. Kerugian sebesar $3,1 milyar yang dialami Ford pada kwartal pertama tahun 2022 disebabkan adanya krisis minyak global dan melonjaknya angka inflasi di AS.
Reduksi SDM besar-besaran di sektor manufaktur otomotif dengan adanya peralihan menuju era EV tak hanya dialami Ford, namun juga seluruh pabrikan otomotif besar di dunia. Sebuah harga yang mahal untuk menuju era bebas emisi CO2
dan merupakan pukulan telak bagi para pelaku industri otomotif global, khususnya Ford.
KOMENTAR (0)