Pada awal pekan ini General Motors (GM) mengumumkan akan melakukan restrukturisasi besar-besaran. Sejumlah rencana kebijakan telah disusun oleh para petinggi pabrikan otomotif terbesar di Amerika Serikat tersebut.
Sebagai tahap awal restrukturisasi, sekitar 6 model kendaraan akan dipensiunkan. Hal ini akan memangkas biaya mesin produksi yang berkisar US$ 50 – 500 juta untuk setiap model kendaraan bergantung dari ragam jenisnya.
Langkah tersebut diambil General Motors untuk mengimbangi tingginya harga bahan baku metal yang sebagian besar masih diimpor. Bahkan tingginya harga bahan baku menyebabkan biaya produksi membengkak hingga US$ 1 miliar.
Tak hanya sampai di situ. GM juga akan menutup 5 fasilitas manufaktur yang berlokasi di AS dan Kanada pada tahun 2019. Setidaknya sekitar 14.000 pekerja terancam kehilangan pekerjaan.
PHK pun tak hanya mengancam para pekerja GM di AS. Setidaknya 3 fasilitas manufaktur GM di luar kawasan Amerika Utara juga akan ditutup pada akhir tahun 2019.
Tak hanya rakyat AS dan Kanada, para pejabat Kongres Amerika Serikat, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau serta Presiden AS Donald Trump pun tersentak mendengar kabar tersebut.
Berkaitan dengan rencana restrukturisasi tersebut, nampaknya GM akan mendapatkan perlawanan sengit. Tak hanya dari kalangan pekerja, namun juga dari Presiden AS Donald Trump dan para pejabat Kongres Amerika Serikat.
“Pemerintah akan meninjau kembali subsidi yang diberikan kepada GM. Dengan demikian, GM dapat mempertimbangkan kembali kebijakan mereka dan tidak menutup pabrik di Amerika Utara. Perusahaan Amerika seharusnya mengutamakan untuk produksi di dalam negeri, bukan di luar negeri,” tegas Presiden AS Donald Trump.
Kini nasib 14.000 pekerja GM dan ribuan pekerja dari para sub-kontraktor GM berada di tangan para petinggi pabrikan otomotif terbesar di AS tersebut.
Bagi GM, rencana restrukturisasi tersebut bagaikan buah simalakama. Sebuah langkah dilematis yang harus dilakukan untuk menyelamatkan GM dari krisis. [Aditya Hanindyo]
KOMENTAR (0)