Basement Rumah Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

Imhoff mulai mencari mesin yang pas. Untungnya, ia mendapat donasi dari sang Ayah berupa mesin V8 Ford Cleveland Boss 351, yang sebelumnya menghuni mobil Torino GT 1974.

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

Potongan kecil puzzle pertamanya datang tepat sebelum ia pindah ke rumah baru tempat ia membangun mobilnya. Imhoff mengenang bagaimana akhirnya ia bisa membeli girboks De Tomaso Pantera, satu dari beberapa komponen asli buatan Italia.

“Ketika itu, saya dan Eileen, wanita yang sekarang menjadi isteri saya, baru resmi dua bulan pacaran. Modal saya cuma 400 dolar AS, sedangkan si penjual girboks terus menekan saya agar melunasi pembayaran. Jadilah saya berhutang 2.000 dolar AS kepada Eileen. Setelah ada di tangan, saya lantas membangun rangka dari kayu sebagai landasan duduknya, dan kemudian menyimpannya di bawah wastafel kamar mandi. Bukan apa-apa, girboks ini adalah pengingat sekaligus pembulat tekad bahwa saya akan menyelesaikan proyek ini,” ujarnya. 

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

Pasangan serasi ini kemudian segera menempati rumah baru mereka seusai berbulan madu. Ketika pertama kali sampai, Imhoff baru sadar, bahwa ruang basement rumahnya yang dilengkapi dengan sistem air panas adalah lokasi yang sempurna untuk mengerjakan proyeknya. 

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)          

Imhoff mengawali pekerjaan besarnya dengan membangun rangka kayu sebagai pembentuk panel bodi. Ia mengembangkan dimensinya dengan model skala 1:16, yang kemudian dituangkan di atas secarik kertas grafir. Ia selalu mengecek ulang seluruh aspek detail dengan bekal 50 poster dan ratusan rol yang menghasilkan foto Countach untuk kemudian ditempel memenuhi tembok.           

Imhoff cuma punya satu kesempatan singkat untuk melakukan pengukuran dimensi Countach yang sebenarnya. “Seorang teman menelepon. Katanya, saya punya kesempatan untuk melihat langsung Countach di dealer mobil importir umum. Dan, ia bilang juga, bahwa salesman-nya sedang makan siang selama kurang lebih satu jam. Jadi, tanpa pikir panjang, saya segera mengambil meteran dan buku catatan kecil. Kami harus melakukannya secepat mungkin,” kisahnya.  

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

Dan, ia melanjutkan, “Kami dapat semua dimensinya, koneksinya, dan segala detail kecilnya. Mobil ini punya radius lebih tajam dari yang saya kira. Desain mobilnya benar-benar lancip, dan berujung pada tantangan untuk membuat replikanya sebaik mungkin.”

Panel bodi yang dibuat Imhoff terdiri dari 33 seksi, yang masing-masing dibentuk dengan menggunakan kunci Inggris buatannya sendiri, dan kemudian langsung dipasang ke kerangka yang rigid. Kualitas perakitan yang ia lakukan setara dengan mobil standar buatan pabrik, di mana panelnya dibuat sekuat mungkin agar tidak bengkok.         

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)   

Ketika sasis dan bodi rampung, Imhoff mulai mencari mesin yang pas. Untungnya, ia mendapat donasi dari sang Ayah berupa mesin V8 Ford Cleveland Boss 351, yang sebelumnya menghuni mobil Torino GT 1974. Mesin ini berkapasitas 6.177 CC, dan disamarkan oleh cover rocker berdesain sport dengan inisial Ken.

Mengadopsi mesin tersebut, sama saja dengan mengurangi 4 silinder dari Lamborghini aslinya. Namun, torehan tenaga 515 bhp di atas tes dynometer, membuktikan bahwa mobil itu nantinya lebih bertenaga, apalagi ditambah kemasan kerangka yang lebih ringan.           

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

Aroma piranti buatan Amerika bukan cuma menyangkut mesin, tapi juga sistem suspensi. Piranti berbahan aluminium ini dicaplok dari Corvette C4.

Walaupun di luar rencana, namun sistem suspensi ini tergolong mumpuni dengan aplikasi per daun dan double-wishbone di bagian belakang. Setiap titik ayunnya kemudian disesuaikan demi mendapatkan keseimbangan geometri yang baik. (Ngebut ke Etape 3)

Basement Rumah  Baru pun Disulap Jadi Workshop (Etape 2)

TAGS

KOMENTAR (0)