Mencoba Bangkit Setelah Terpuruk

Mencoba Bangkit Setelah Terpuruk

Saat memimpin Nissan dan juga rekan aliansinya, Renault, sang bos besar Carlos Ghosn menebar rencana bisnis  yang ambisius melalui ekspansi besar-besaran untuk  meraih pangsa pasar otomotif global sebesar 8% dan mendapatkan margin sebesar 8%. Faktanya, semua gagal total.  Pada tahun 2019, Nissan hanya mampu mendapatkan pangsa pasar otomotif global sebesar 5,8% disertai kerugian operasional hingga US$  400 juta. Sementara di pasar Eropa, penjualan Nissan anjlok dari 566.191 unit (tahun 2017) menjadi  394.091 unit (tahun  2019). Rupanya karena terlalu ambisius dengan merilis  banyak model baru, akhirnya Nissan kedodoran karena harus mengganti banyak mobil yang sudah ketuaan sehingga tidak kompetitif lagi dalam waktu bersamaan di tengah hantaman wabah virus Corona.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh   COO Nissan global,  Ashwani Gupta, yang mengakui Nissan terlalu ekspansif di waktu lalu. Setelah dunia dilanda wabah virus Corona, penjualan merosot dan Nissan rugi besar sehingga kesulitan untuk mengembangkan mobil baru. Satu-satunya jawaban yang ada saat ini bagi Nissan adalah  efisiensi. Hal itu  diwujudkan melalui penutupan pabrik di  Indonesia dan Spanyol, penghentian penjualan Datsun  di Indonesia dan Russia, memperkuat aliansi dengan  Renault untuk segmen pasar supermini dan MPV, serta fokus pada wilayah pasar yang menguntungkan (Amerika Serikat,  China, Jepang).

Bicara soal pasar,  pangsa pasar Nissan di AS melebihi 7% dan di atas 10% di China dan Jepang. Khusus untuk pasar Amerika, Nissan akan fokus pada segmen pasar mobil listrik, sports car dan pick-up truck. Sedangkan untuk pasar Eropa, Nissan lebih berkonsentrasi pada segmen pasar crossover yang terdiri atas  Qashqai, Juke dan  X-Trail plus mobil listrik, teknologi  autonomous dan konektivitas.

 

 

TAGS

KOMENTAR (0)