Pengamat pertumbuhan ekonomi Frost & Sullivan memprediksi adanya peningkatan jumlah penjualan kendaraan di Indonesia sebanyak 5%, atau dengan jumlah total 1.268 juta unit pada tahun 2015 ini.
Mr Vivek Vaidya, Vice President sektor Otomotif dan Transportasi Frost & Sullivan Asia Pasifik mengatakan, “Tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stabil. Pertumbuhan yang mencapai 5,5% sangat mendorong angka penjualan kendaraan. Namun ketidakpastian ekonomi global cenderung akan membuat impor lebih mahal, karena mata uang rupiah yang melemah terhadap dolar.”
Karenanya, kenaikan biaya impor otomotif akan memberikan dampak yang signifikan, seperti suku cadang yang bernilai tinggi dan agregat yang masih di impor untuk berbagai model, tambah Vivek saat menggelar konferensi pers di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/1).
Lebih lanjut Vivek menambahkan bahwa CBU impor, terutama mobil mewah, cenderung akan membuat nilai impor lebih mahal, apabila mata uang Rupiah terus melemah. “Evolusi ASEAN Economic Community (AEC) kemungkinan akan menjadi game changer bagi industri regional,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pada tahun 2014, Total Volume Industri (TIV) Indonesia mengalami penurunan sebanyak 1,8% menjadi 1.280 juta unit. Dan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebanyak 5,1% di Indonesia, peningkatan tarif dasar listrik, dan pajak barang mewah turut berkontribusi dalam melemahkan penjualan otomotif di Indonesia.
Namun meskipun penjualan kendaraan lebih rendah, pasar Indonesia masih lebih besar 11% dari Thailand sebagai pasar otomotif terbesar di ASEAN. Pangsa pasar Indonesia telah meningkat menjadi 38% dari total pasar otomotif negara-negara di ASEAN.
“Dalam lima tahun kedepan, sektor otomotif Indonesia akan di tentukan oleh lima faktor utama, yaitu LCGC/LEC Program, Generasi Penerus FTA, Fokus Pada Ekspor, Persaingan dari Sektor Otomotif Thailand dan Evolusi AEC,” pungkasnya.
Sementara itu, ditempat yang sama Ketua I GAIKINDO Jongkie D. Sugiarto mengungkapkan, pasar otomotif dunia sementar ini masih dikuasai oleh China, yaitu sebesar 22,5 juta unit. “Kita melihat bahwa 2014 ada penurunan sedikit dibanding 2013, tetapi kita melihat adanya stimulus dari pemerintah seperti pengurangan subsidi BBM,” ujar Jongky.
“Diharapkan, pemerintah memiliki tambahan program untuk menambah beberapa insfrastruktur, yang akan menjadi salah satu titik tolak meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang nantinya akan meningkatkan industri otomotif di Indonesia,” pungkasnya. **MS
KOMENTAR (0)