Pada era ‘80an, muncul sebuah tren otomotif di benua Eropa, khususnya di Jerman: Mengoleksi mobil klasik. Berbagai klub dan komunitas pecinta mobil klasik pun bermunculan di Jerman, dan juga di sejumlah negara-negara kawasan Eropa Barat.
Dengan besarnya potensi mobil klasik yang ada di sana, maka S.I.H.A. selaku promotor, kemudian menggagas dan menggelar pameran mobil klasik Techno-Classica Essen untuk pertamakalinya pada Maret 1989 di Messe Essen. Pada saat itu yang menjadi acuan adalah Retromobile: Event tahunan pameran mobil dan motor klasik di kota Paris, Perancis, yang sudah diselenggarakan sejak 1976.
Setelah tiga dasawarsa berjalan, kini event Techno-Classica Essen memasuki penyelenggaraan yang ke-30, dan menjadi salah satu barometer pameran mobil klasik dunia.
Pada tahun ini tercatat sekitar 188.000 pengunjung yang menyambangi Messe Essen selama lima hari penyelenggaraan pameran, dari tanggal 21-25 Maret 2018. Acara diikuti sekitar 1.250 eksibitor dan 2.700 kolektor mobil dari 30 negara, serta 200 klub otomotif di Eropa, khususnya Jerman. Seluruh aspek dalam dunia otomotif berbaur menjadi satu; baik dari segi bisnis, industry, maupun edukasi dan hiburan.
Beragam mobil klasik buatan brand otomotif non-Jerman – seperti Alfa Romeo, SEAT, Citroen, Renault, Bentley, Aston Martin, Jaguar dan masih banyak lagi – turut menyemarakkan Techno-Classica Essen. Mulai dari mobil konsep, prototype pra-produksi, hingga mobil yang dibuat berdasarkan pesanan khusus dapat Anda temukan di Messe Essen.
Dan, jangan terkejut jika pada event ini Anda juga akan melihat atau menemukan mobil dengan brand yang mungkin asing di telinga Anda. Bahkan kerap kali muncul pula mobil-mobil klasik dengan desain yang cukup ajaib (jika tak ingin disebut aneh). Namun, kesemuanya memberi warna tersendiri dalam perjalanan sejarah otomotif dunia.
Tak hanya menampilkan ratusan mobil klasik dari brand yang ada saat ini, namun terdapat pula beragam mobil klasik dari brand yang telah punah, dan mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya. Tak sedikit pula mobil prototype maupun edisi khusus yang untuk pertamakalinya tampil di depan publik.
Selain bursa jual-beli dan lelang mobil klasik, para pengunjung juga dapat menemukan ribuan ragam suku cadang mobil klasik, bengkel servis dan restorasi, pernak-pernik yang berhubungan dengan mobil klasik, maupun produk fashion bergenre otomotif.
Aaahhh…, untuk beberapa saat Messe Essen seolah menjelma menjadi surga bagi para Classic Car enthusiast….
“The Classic Car Heritage”
Para Car Enthusiast dan kolektor mobil klasik buatan Jerman tentu akan meluangkan waktu untuk mengunjungi booth milik Mercedes-Benz, yang menampilkan napak tilas sejarah SUV legendaris G-Class memasuki usia 40 tahun sejak pertamakali dikembangkan pada era ’70-an dan hingga saat ini masih terus diproduksi. Stand mereka juga mempresentasikan kemampuan teknologi modern yang diusung G-Class generasi terbaru pada area outdoor.
Sejumlah klub pecinta mobil Mercedes-Benz turut-serta menghadirkan mobil terbaik mereka dari berbagai model dan tahun pembuatan. Mercedes-Benz Classic Centre dan museum pun tak ketinggalan menampilkan beragam suku cadang dan sejumlah mobil klasik terbaik dari berbagai model yang tergolong nyaris punah namun tampil dengan kondisi luar biasa, seolah terlihat seperti keluar dari pabrik.
Bagi para pecinta spotscar klasik tentu belum lengkap rasanya jika tak menyambangi Porsche, yang tahun ini menempati booth seluas 1.500 meter persegi di Hall 7. Tema yang ditampilkan adalah “30 years Porsche 964“ dan “70 years Porsche Sports Cars“. Sejumlah mobil legendaris dari museum Porsche di Stuttgart pun diboyong ke Messe Essen untuk dipamerkan; dantaranya model potongan bodi dan rangka Porsche 964.
Porsche juga menampilkan sejumlah program dari “Porsche Classic”; seperti aplikasi VTS (Porsche Classic Vehicle Tracking System, sistem pengaman mobil yang terkoneksi dengan GPS). Posisi mobil dapat dilacak ketika hilang atau dicuri.
Terdapat lebih dari 200 ragam suku cadang mobil klasik Porsche sebagai sarana edukasi bagi para pemilik mobil yang ingin merestorasi mobil mereka. Tak ketinggalan digelar pula program “Porsche Exclusive Manufacture” yang menampilkan ragam pilihan individualisasi bagi para pemilik mobil Porsche yang ingin mengimbuhkan detail khusus pada mobil mereka.
Dari tanah Skandinavia, brand Volvo tahun ini menampilkan sejumlah mobil klasik pada booth yang dikemas cukup unik; terutama seri P1800 yang merupakan model legendaris dari pabrikan asal Swedia, dan saat ini populasinya sangat langka. Salah satunya adalah prototype dari Volvo P1800 ES buatan tahun 1968 – dan justru dibuat oleh Pietro Frua, seorang coach-builder asal Italia. Mobil ini masih dalam kondisi orisinal, belum direstorasi, dengan kilometer yang amat-sangat rendah, dan merupakan satu dari 30 unit yang pernah dibuat.
Berbagai model klasik hasil restorasi dari “Volvo Cars Heritage” juga ditampilkan. Dan, salah satu bintang lain adalah Volvo 1800 S (1967) yang pernah dimiliki mendiang Sir Roger Moore, aktor terkenal dengan perannya sebagai “Agent 007” James Bond. Mobil yang dimiliki Roger Moore sejak Februari 1967 tersebut dibuat oleh pabrik Volvo di Torslanda, Swedia, pada akhir 1966. Mobil ini juga digunakan Roger Moore dalam aksinya di film The Saint (1962-1969).
Dari Roger Moore, mobil itu kemudian berpindah tangan kepada aktor Martin Benson, pemeran Mr. Solo dalam sekuel 007, Goldfinger. Sempat beberapa kali berganti pemilik, mobil tersebut kemudian direstorasi pada awal 2000, dan dikembalikan ke kondisi orisinilnya.
Merek Jerman lainnya, Audi, juga tampil memukau dengan sederet mobil yang menggambarkan napak tilas perjalanan mereka. Pada deret depan, terlihat sosok Audi 100 (Type C1) buatan tahun 1968. Tak hanya menjadi mobil pertama yang dirancang dengan kalkulasi komputer (ya, komputer purbakala yang wujudnya masih berupa kalkulator berukuran raksasa!), namun sekaligus merupakan model pertama Audi pasca Perang Dunia II, dan menjadi penyelamat brand Audi dari keterpurukan ekonomi.
Berbagai mobil dari era pra-Audi – seperti Auto Union dan DKW yang sebagian besar merupakan mobil pra-Perang Dunia II – juga ditampilkan. Dan, tak ketinggalan, sejumlah klub serta komunitas pecinta Audi yang tergabung dalam ACI (Audi Club International) hadir di Hall 7.1 seperti tahun-tahun sebelumnya.
Brand otomotif asal Bavaria, Jerman: BMW hadir di Hall 14 dengan menampilkan tiga tema. Pertama adalah “Perayaan 50 Tahun Big Coupe”, model E9 yang bermesin enam silinder tanpa pilar B, dan diproduksi dari tahun 1968 hingga 1975 sebanyak 30.546 unit. Mulai dari model 2.5 CS, 2800 CS, sampai model legendaris 3.0 CLS – dan bodi mobil ini justru dibuat oleh Karmann di Osnabruck.
Berikutnya adalah “Perayaan 50 Tahun Saloon E3”, tampil dengan jajaran model 2500, 2800, 3,0 dan 3,3. Seri ini dibuat pada tahun 1968 hingga 1977, dari fasilitas produksi di Munich, dengan populasi sebanyak 220.000 unit.
Dan, yang terakhir adalah “Perayaan 40 Tahun Sportscar BMW M1 (E26)”, hasil rancangan Giugiaro yang tak sekadar menjadi sebuah sportscar fenomenal pada eranya. Mobil yang diproduksi oleh coachbuilder Baur di Stuttgart ini memiliki sejumlah varian mesin; mulai dari versi standar bertenaga 277 HP, hingga versi balap bertenaga 470 HP (natural aspirated), dan yang terbuas dengan output tenaga 850 HP (mesin turbo). Mobil ini terbilang langka, karena hanya sekitar 453 unit yang pernah dibuat sejak 1978 s/d 1981.
“The World of Motorsports”
Selain mobil-mobil klasik, booth yang berkaitan dengan dunia motorsports menjadi salah satu tema yang menarik dan ramai dikunjungi. Berbagai legenda balap – mulai dari mobil rally, balap ketahanan 24H Le Mans, Targa Florio, hingga Grand Prix Formula – seolah menjadi magnet yang menyita perhatian para pengunjung. Ya, mereka, para pengunjung, dapat melihat langsung sambil bernostalgia mengenang mobil dan para pebalap favorit mereka. Sungguh pengalaman langka yang tak mungkin dilewatkan begitu saja!
Dari kubu Ingolstädter, tampil legenda balap Auto Union Type D Grand Prix 1938 dengan mesin V12 yang sangat fenomenal pada zamannya. Di era modern, Audi 200 Quattro berhasil mendominasi, dan menyabet hampir seluruh gelar juara pada laga balap Trans-Am-Series, dengan driver Hurley Haywood, sekitar 30 tahun lalu di Amerika Serikat.
Tahun 1988 memang merupakan era kejayaan bagi Audi 200 Quattro dan trio pbealap Hurley Haywood, Walter Rohrl, serta Hans-Joachim Stuck saat Audi berhasil mematahkan dominasi mobil balap made in USA. Ya, kemunculan mereka bagaikan “Blitz Krieg”, dan berhasil membuat para penonton terpana lalu berbalik mendukung tim balap Audi.
Mercedes-Benz tahun ini menampilkan tema motorsports “Engine Sport – Anniversary Year of the Champions”, kiprah Mercedes-Benz di dunia balap mobil. Para pengunjung dapat menyaksikan torehan sejarah saat Rudolf Caracciola memenangkan European Championship di tahun 1938 dengan Mercedes-Benz Grand-Prix-W 154 “Silver Arrows” bermesin 3 liter yang bertenaga 500 HP. Mobil balap lain yang sangat spetakuler dari Caracciola adalah W125, yang mampu menorehkan rekor kecepatan 432,7 km/jam pada tahun 1938 dan tercatat hingga 80 tahun, serta masih menjadi salah satu rekor kecepatan paling fenomenal di dunia.
Dari ajang balap Formula 1 muncul sample mobil McLaren-Mercedes MP4-13, yang membawa Mika Häkkinen sebagai Juara Dunia GP F1 tahun 1998. Terdapat pula mobil balap McLaren-Mercedes MP4-23, yang mengantarkan Lewis Hamilton sebagai Juara Dunia F1—gelar pertama dari empat gelar yang disandangnya hingga saat ini.
Legenda dunia motorsports berikutnya yang tak kalah menarik adalah Mazda 787B, yang berhasil menjuarai laga balap Group C Le Mans tahun 1991—mengalahkan dominasi brand Eropa, dan membuat para penonton di Circuit de la Sarthe tercengang. Mobil legendaris dari laga balap Le Mans lainnya adalah Sauber C9, besutan Jochen Mass.
Tak hanya sekadar melihat dan mengagumi, para pengunjung Techno-Classica juga berkesempatan untuk membeli mobil eks-pebalap maupun mobil balap legendaris yang tentunya menjadi idaman para Car Enthusiast maupun para kolektor. Mereka dapat memboyong mulai dari Alfa Romeo Giulia Sprint GTA eks-balap, hingga Maserati 300 S “Shortnose” eks-Scuderia Parravano.
Masih belum puas, ada pula Mercedes-Benz 190 E 2.3-16 eks-pebalap Niki Lauda, Porsche 911 S 1969 Rallye Monte-Carlo yang pernah digunakan pebalap Jo Siffert saat berlatih di sirkuit Targa Florio tahun 1971, hingga satu dari tiga mobil Maserati A6G 2000 Zagato 1956.
Aaahhh…, bisa dipastikan air liur para Car Enthusiast dan kolektor menetes tiada terkira.…
“The Special Presentation: The 1955 Mille Miglia”
Setiap tahunnya, event Techno-Classica Essen selalu menghadirkan agenda spesial: Penghormatan khusus bagi para pelaku sejarah otomotif dunia. Pada tahun ini, tema yang diusung adalah legenda balap Mille-Miglia 1955.
Mille-Miglia (1.000 mil) adalah balap mobil yang sejatinya menempuh jarak sejauh 992.332 mil (1.597 km) melintasi rute jalan raya; mulai dari Brescia hingga Roma, dengan start dan finish di Brescia. Tak sekadar seru dan menantang, Mille-Miglia merupakan balap mobil cukup berbahaya dengan risiko kecelakaan yang tinggi.
Balap Mile-Miglia tahun 1955 merupakan salah satu momen paling legendaris yang dimenangkan oleh Sir Stirling Moss. Seluruh etape diselesaikannya dalam waktu 10 jam, 7 menit, dan 48 detik dengan kecepatan rata-rata sekitar 160 km/jam. Ia berhasil mendahului Juan Manuel Fangio yang terus menempel keta. Kedua pebalap legendaris ini sama-sama mengemudikan Mercedes-Benz 300 SLR. Sebagai bentuk penghormatan, Mercedes-Benz 300 SLR yang dikemudikan Moss dan Fangio dipamerkan bersama sejumlah foto dokumentasi saat momen balap tersebut.
Mobil balap Mille-Miglia lainnya yang juga turut dipamerkan, diantaranya: Ferrari 750 Monza, Fiat 8V Zagato dan Fiat 8V, Maserati 300 S, Maserati A6GCS, Osca MT4 1500 dan Osca MT4 1100, serta Porsche 550 Spyder.
Perhelatan Techno-Classica Essen 2018 telah berlalu. Banyak pengunjung yang masih merasa belum puas kendati telah mengunjungi hampir seluruh booth selama lima hari event berlangsung. Mereka mungkin ada yang sekadar membawa oleh-oleh sepulang dari Messe Essen, atau bahkan berhasil memboyong mobil klasik idaman – satu dari ratusan mobil klasik yang nilainya jika digabungkan mencapai lebih dari US$ 100 juta.
Namun, terdapat satu kesamaan yang dirasakan para pengunjung: Sangat banyak hal unik serta pengalaman menarik yang dapat mereka ceritakan sepulang dari Techno-Classica Essen. “Auf wiedersehen Techno-Classica Essen….”
KOMENTAR (0)