Apa “Salah & Dosa” Proton?

Para komunitas otomotif bicara tentang Proton dan “misteri” di balik MoU dengan Adiperkasa Citra Lestari. Ada apa sesungguhnya?

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Masih soal Proton, dan kontroversi silang-pendapat mengapa Presiden Joko Widodo ikut-ikutan hadir menyaksikan penandatanganan MoU antara Proton Holdings Berhad dengan PT Adiperkasa Citra Lestari, Jumat (6/2) silam, jika memang tak ada “rencana besar” di balik seremonial itu.

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Memang, Menteri Perindustrian RI, Saleh Husin, sudah berkali-kali membantah jika kerjasama tersebut bukan untuk menjadikan Proton sebagai mobil nasional Indonesia. “Itu murni bussiness to bussiness dalam rangka visibility study untuk enam bulan ke depan. Bahkan kerjasama itu sama sekali tidak menggunakan pendanaan negara, baik APBN maupun anggaran dari BUMN,” katanya.

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Toh begitu, kekhawatiran bahwa kiprah Proton akan lebih mendapat “dispensasi” di pasar otomotif Indonesia – entah sebagai mobnas atau bukan – pasca penandatanganan MoU, terus saja bergulir bak bola salju. Pasalnya, tak sedikit yang meyakini bahwa kualitas produk otomotif Negeri Jiran tersebut masih kalah jauh dibanding besutan Jepang atau Eropa, bahkan Korea.

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Penyebab lainnya, potensi industri otomotif di tanah air sendiri sebetulnya sedang bergerak maju. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, misalnya, mengaku sudah menggunakan kandungan lokal sampai  80% untuk Kijang Innova versi terbaru. Belum lagi potensi Esemka, besutan anak-anak muda Indonesia, yang pernah digadang-gadang sebagai cikal-bakal mobnas oleh Jokowi saat menjadi Walikota Solo.

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Wajar jadinya jika “dispensasi” terhadap Proton serta-merta memicu pertanyaan tak berujung: Ada apa di balik ini semua?

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Apa pun yang nantinya bakal ada, menurut Rizwan Alamsjah, Ketua IV Gaikindo, “Semuanya tentu dikembalikan lagi kepada masyarakat, yang dalam hal ini bertindak sebagai konsumen. Kami dari Gaikindo menyambut baik, karena ini akan menyehatkan persaingan. Pasar otomotif di Indonesia sangat baik, hal itu mungkin yang membuat Proton ingin masuk. Jadi, silakan saja Proton ikut bersaing.”

Apa “Salah & Dosa” Proton?

Itu versi Gaikindo. Lalu, bagaimana versi para komunitas dan pecinta otomotif di tanah air?

Ramdan F Lukman, Ketua Corolla AE101 Bogor

Apa “Salah & Dosa” Proton?

“Kalau menurut saya sih tidak perlu masuklah, karena di Indonesia masih banyak orang-orang yang berkompeten dalam dunia otomotif. Lebih baik itu saja dikembangkan dan didukung penuh oleh Pemerintah.

“Misalkan seperti mobil Esemka, yang diciptakan oleh tangan-tangan orang Indonesia. Toh, Pak Presiden juga sempat memakai mobil produk Indonesia itu sewaktu beliau menjabat sebagai Walikota Solo.

“Jadi, lebih baik di pikir-pikir lagi deh, karena populasi pemakaian kendaraan roda empat di Indonesia banyak banget, sedangkan untuk infrastruktur jalannya tidak mencukupi. Pasti hasilnya bakal macet terus.”

Muh Arif, Ketua Singo Gendeng Family

Apa “Salah & Dosa” Proton?

“Jika memang akhirnya pemerintah menyetujui kerjasama PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton untuk pengembangan Mobil Nasional, saya sangat tidak setuju, karena kerjasama tersebut kurang tepat.

“Apalagi di Malaysia sendiri Proton saat ini sedang terpuruk dan terancam bangkrut. Kalaupun kita mau kerjasama, sebaiknya dengan Jepang, Eropa, atau Korea untuk alih teknologi.

“Lha, Malaysia sendiri kan belajarnya dari Jepang. Kenapa kita yang sebenarnya sudah bisa membuat mobil malah mau bekerjasama dengan mereka? Seharusnya Pemerintah bisa manfaatkan dan mengembangkan talenta-talenta yang ada di Indonesia.”

Samodra Biru, MTC Malang

Apa “Salah & Dosa” Proton?

“Alangkah lebih baik jika mengembangkan Esemka saja ke arah yang lebih baik dan matang. Misalnya, mematangkan Esemka sebagai kendaraan yang layak dan mampu bersaing di dunia otomotif nasional, bahkan internasional. Atau dengan menjadikan Esemka sebagai low cost green car.

“Mungkin Pemerintah juga bisa lebih meneliti dan mengkaji kelayakan bisnis secara mendalam dan komprehensif, sebelum MoU dengan pihak Proton ditandatangani. Hal ini agar dapat menjelaskan alasan secara mendalam dan gamblang atas kerjasama dengan Proton, yang notabene dinilai menurun hasil penjualannya.

“Atau mungkin bisa juga lebih memperhitungkan dan mempertimbangkan agar Esemka dapat bekerjasama dengan produsen otomotif Jepang, atau bahkan sekaligus Eropa.”

Cokordanana, Ketua Harian MB Jeep Indonesia

Apa “Salah & Dosa” Proton?

“Saya agak sedikit pesimis, karena dari sisi market pun Proton kurang mendapat tempat di Indonesia; mulai dari teknologi, kualitas, dan harga kurang bisa bersaing dengan produk dari Jepang, Eropa, dan Amerika.

“Jika ingin mengembangkan mobil nasional, pengusaha Indonesia mungkin sebaiknya bekerjasama dengan produsen-produsen yang merupakan center of excelent dunia otomotif; seperti Toyota, GM, VW, maupun produsen besar lainnya. Karena, menurut saya, secara teknologi, mereka paling terdepan. Efisiensi produksi pasti juga paling baik, sehingga mampu menghasilkan kendaraan yang diminati pasar.

“Kita bisa mencontoh industri mobil Tiongkok. Mereka bekerjasama dengan yang besar-besar tadi, kemudian mereka ‘jiplak’ dan ‘curi’ teknologinya.”


<iframe width=”640″ height=”360″ src=”https://www.youtube.com/embed/r9nYYtR3QBs” frameborder=”0″ allowfullscreen></iframe>

TAGS

KOMENTAR (0)