
Matthias Muller akhirnya resmi ditunjuk menggantikan Martin Winterkorn, CEO Volkswagen AG, yang resmi mengundurkan diri pasca kasus kecurangan dalam uji emisi mobil diesel di Amerika Serikat.

Keterangan resmi VW AG, seperti dilansir Automotive News, Rabu (23/9) pekan lalu menyatakan, Executive Committee of the Supervisory Board of Volkswagen AG telah membahas tentang manipulasi data emisi mesin diesel, dan menyimpulkan tidak lagi memperkerjakan Winterkorn – kendati dipastikan Winterkorn tidak tahu-menahu tentang manipulasi data tersebut.

“Saya sangat terkejut atas kejadian dalam beberapa hari terakhir ini. Di atas itu semua, saya tertegun bahwa kesalahan dalam skala seperti ini bisa terjadi pada Volkswagen Group. Proses klarifikasi dan transparansi atas manipulasi harus terus dilakukan, karena inilah satu-satunya cara memenangkan kembali kepercayaan publik,” kata Winterkorn, dalam pernyataan resminya.

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, atau Environmental Protection Agency (EPA) juga ikut mengeluarkan pernyataan pada Jumat (18/9), yang menyebutkan Volkswagen sudah memasang piranti lunak tertentu yang bisa menipu standar emisi bahan bakar pada mesin diesel 4-silinder. Tuduhan tersebut tertuju pada VW AG, Audi AG, dan Volkswagen Group of Amerika. Perangkat lunak yang disebut “defeat device” itu digunakan untuk model diesel VW dan Audi produksi 2009-2015.

Dalam Notice of Violation-nya, EPA menambahkan, perangkat lunak ini punya algoritma tertentu yang bisa mendeteksi mobil saat sedang menjalani proses uji emisi bahan bakar. Dalam proses tersebut, gas buang dikontrol agar sesuai regulasi. Mobil memang lolos uji labolatorium. Namun, yang jadi masalah, jika dikemudikan pada kondisi normal, kadar emisi nitrogen oxides (NOx) berubah jadi 40 kali lebih tinggi dari seharusnya.

Cara ilegal ini ditemukan setelah dilakukan investigasi independen olah West Virginia University dan organisasi non-pemerintah, Council in Clean Transportation. Perangkat lunak tersebut dipastikan telah diproduksi VW, dan diprediksi melibatkan 482.000 mobil diesel di AS sejak dipasarkan tahun 2008.

Dalam keterangan Volkswagen, Selasa (22/9), terungkap bahwa perangkat lunak yang dimaksud adalah bagian dari engine management , dengan total jumlah kendaraan diesel yang terlibat mencapai 11 juta unit di seluruh dunia, lebih banyak dari “tuduhan” EPA. Dan, untuk menyelesaikan masalah ini, Volkswagen berencana menggelontorkan dana hinga 6.5 miliar euro.

Belakangan, disebut-sebut, skandal terbesar dalam 78 tahun sejarah Volkswagen ini juga memengaruhi usaha mereka masuk ke Formula One. Sebelumnya dikabarkan VW siap membuat mesin baru untuk Red Bull Racing tahun 2018. Tapi, kini, seperti dikatakan Christian Horner, Tim Principal Red Bull, rencana kolaborasi tersebut bakal “hilang seperti asap”.

Gagalnya kerjasama itu dipastikan akan berdampak buruk terhadap Red Bull. Pasalnya, kolaborasi Red Bull dengan Renault yang pernah berjaya menjuarai constructor sejak 2010-2013 mulai menurun. Tahun lalu mereka masih menempati posisi runner up. Namun, pada musim tahun ini, belum sekali pun Red Bull-Renault berhasil memenangkan Seri GP.

Maka, pertanyaannya kemudian: Apakah Matthias Muller – yang dianggap memiliki pengalaman luar biasa dan disukai mayoritas karyawan VW – akan berhasil memulihkan reputasi produsen mobil asal Jerman itu?

“Tugas yang paling berat adalah mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat. Di bawah kepemimpinan saya, VW akan melakukan segala sesuatu yang bisa mengembangkan dan melaksanakan kepatuhan dan standar yang ketat dalam industri kami,” kata Muller.

Muller – sebelumnya CEO Porsche AG dan mantan kepala ahli strategi produk VW yang bergabung dengan dewan manajemen sejak Maret lalu – juga berencana melakukan restrukturisasi terhadap 12 merk dalam grup VW menjadi hanya empat bagian; sehingga VW hanya akan fokus menggarap kendaraan penumpang, Audi sebagai kendaraan premium, Porsche di segmen mobil mewah bersama Bentley dan Buggati.

Intinya, lanjutnya, “Kami akan menghapus semua titik-titik lemah yang kami miliki.”































KOMENTAR (0)