Auto Union, perusahaan pendahulu Audi AG, dilaporkan pernah mempekerjakan 18.000 buruh tanam-paksa selama pemerintahan Nazi. Sekitar 4.500 orang diantaranya tewas saat bekerja di pabrik mereka di Bavarian.
Sesungguhnya ini kisah lama yang tak ingin diulang. Namun, sayangnya, sejarah memang sulit untuk begitu saja dibuang.
Industri otomotif Jerman, Audi AG, akhirnya mengakui bab tergelap dalam sejarah “nenek moyang” mereka.
Selama pemerintahan Nazi di tahun 1930 s/d 40-an, perusahaan pendahulu mereka, Auto Union, rupanya sempat mempekerjakan ribuan buruh tanam-paksa dari berbagai wilayah di Jerman Timur dan Bavaria.
“Ayah” dari perusahaan tersebut, Richard Bruhn (1886-1964), yang memimpin Auto Union hingga Perang Dunia II usai, ternyata anggota Partai Nazi.
Menurut penelitian terbaru yang dilakukan sejarahwan Martin Kukowski dan Rudolf Bosch, Auto Union saat itu sempat mempekerjakan sekitar 18.000 buruh-paksa di pabrik bawah tanah di Bavaria, dan 16.500 orang lainnya di Jerman Timur.
Tragisnya, dikabarkan pula, 3.700 orang dari buruh-paksa itu meninggal sebagai tahanan dalam kamp konsentrasi, sementara 4.500 pekerja lainnya tewas ketika bekerja di pabrik Bavarian.
Meski pahit, Audi AG telah mengaku bersalah atas peristiwa tersebut. Namun, tak bisa dipungkiri, “karya-karya” para buruh malang itu kini menjadi warisan amat langka yang melegenda….
KOMENTAR (0)