Pabrikan mobil mewah asal Stuttgart, Jerman – Mercedes-Benz atau Mercy – menegaskan, pihaknya akan sangat selektif untuk mencari pemasok baterai listrik (dari kobalt dan lithium) yang akan dipasang pada mobil listrik buatannya. Pihaknya mengatakan akan menghentikan pasokan baterai dari produsen maupun negara-negara yang terbukti berisiko, yakni yang terbukti merusak lingkungan atau melanggar Hak Azasi Manusia.
Dalam keterangan resmi yang dirilis melalui situs resmi pabrikan dan dilansir laman The Green Journal, Mercy menegaskan pendekatan yang dia jalankan itu bertujuan untuk memperbaiki situasi lokal bagi orang-orang yang bekerja di pertambangan bahan baterai (kobalt dan lithium) sehingga memperkuat hak-hak mereka.
Mercedes-Benz AG mengikuti rekomendasi dari organisasi non-pemerintah, pemerintah dan kelompok kepentingan terkait lainnya. Pabrikan mengklaim telah melakukan audit rantai pasokannya dan mengikuti pedoman Organisasi Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi PBB (OECD), yakni hanya menerima baterai berbahan kobalt dan lithium dari sumber bersertifikat yakni yang tidak merusak lingkungan dan melanggar HAM dalam proses penambagannya.
“Kami telah mengaudit rantai pasokan untuk komponen kendaraan listrik Mercedes-Benz. Berdasar pedoman itu, kami tegaskan kepada pemasok baterai, bahwa kami hanya akan menerima kobalt dan lithium dari lokasi penambangan bersertifikat di masa mendatang,” tegas anggota Board of Daimler & Mercedes-Benz AG, Markus Schafer.
Di masa mendatang, pabrikan ini mengaku, akan menggunakan komposisi material baru dalam produksi baterai. Selain itu akan mendaur ulang limbah baterai untuk diproses kembali menjadi baterai baru, sebagai bagian dari strategi holistik produksi baterai.
“Aspirasi kami sangat jelas, yakni kami ingin produk kami hanya mengandung bahan baku yang telah ditambang dan diproduksi tanpa pelanggaran HAM,” ungkap anggota Board of Daimler & Mercedes-Benz AG bidang hukum, Renata Jungo Brungger.
Seperti dilaporkan laman businesshumanrights.org, belum lama ini, Amnesty International sejak Maret 2019 lalu mengkampanyekan etika pengguna baterai listrik bagi industri. Organisasi ini mengetuk nurani para pemimpin industri kendaraan listrik dunia untuk memproduksi baterai mobil listrik yang bebas dari pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai pasokannya.
Langkah itu dilakukan karena organisasi telah menemukan bukti industri baterai telah bergantung pada mineral utama – khususnya kobalt dan lithium – yang di antaranya dalam penambangan mineral itu melanggar hak asasi manusia termasuk pekerja anak di Republik Demokratik Kongo.
Selain itu juga ada bukti pencemaran lingkungan, perusakan ekosistem, dan pelanggaran hak masyarakat adat. Selain, itu juga ditemukan, dalam proses produksi baterai masih mengakibatkan polusi emisi karbon.
KOMENTAR (0)