Mercedes-Benz Club Indonesia (MBC INA) punya presiden baru. Namanya, Deddy ‘Pak Guru’ Rachmadi (54). Jelas bukan orang baru sebetulnya, karena dialah salah satu motor terbentuknya Mercerdes Tiger Club Indonesia.
Semua berawal tahun 1996, saat ia membeli Mercedes-Benz W123 1985 A/T280E, alias Mercy Tiger – yang sampai hari ini masih dikendarainya. Namun, ketika itu, belum ada klub penggemar dan pecinta Mercy di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, tahun 1999, ia diajak seorang teman sesama pecinta Mercedes-Benz kumpul-kumpul di Senayan. Di antara obrolan ngalor-ngidul, tercetuslah ide untuk mendirikan sebuah wadah yang bisa menampung aspirasi para penggemar dan pecinta Mercedes, khususnya Mercy Tiger.
“Akhirnya, dengan mengambil nomor seri W123, tanggal 12 Maret 1999, secara resmi kami mendeklarasikan Mercedes Tiger Club Indonesia,” kisah Deddy, saat ditemui otoblitzclassic.com di Kantor Sekretariat MBC INA, Rabu (20/5) kemarin.
Sejak berdirinya Mercerdes Tiger Club Indonesia (MTC INA), ayah dua anak yang juga menyimpan W210 dan W201 di garasinya ini mengaku, “Keterkaitan saya dengan mobil Mercedes tidak bisa dilepaskan lagi, sampai sekarang.”
Sebagai pemain lama yang sudah malang-melintang di klub, wajar jika namanya kemudian cukup kondang di kalangan komunitas Mercy di Indonesia. “Diawal berdirinya MTC INA, saya hanya menjadi anggota. Lalu, tahun 2009-2011, mulai masuk ke jajaran pengurus sebagai Humas. Sampai akhirnya, pada tahun 2011-2013, menjadi Ketua Umum MTC INA,” ungkapnya.
Dengan seluruh reputasi tersebut, Deddy – yang saat ini dipercaya sebagai Penasihat MTC INA – digiring masuk dalam bursa kandidat President Mercedes-Benz Club Indonesia di Munas MBC INA ke 6, tanggal 2 Mei 2015, yang berlangsung di Jakarta. Ia bersaing lumayan ketat dengan Nunus dari MBC Lampung, Joko Lenang (W123 Bandung), dan Iwan Dyah (Daikes Indonesia) – sebelum akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai Presiden MBC INA periode 2015-2017.
Saat disinggung julukan “Pak Guru” yang sering disematkan di depan namanya, pria berperawakan tinggi-besar yang pernah berkecimpung di perusahaan farmasi selama 14 tahun dan memiliki perusahaan kurir service & forwarding – sebelum akhirnya mengelola lembaga pendidikan Global Islamic School di Condet dan Serpong sejak 2001 – ini hanya tertawa lebar.
“Panggilan itu membuat saya sangat bahagia. Karena, dengan dipanggil ‘Pak Guru’, membuat saya jadi bisa mengontrol diri dan selalu berada di jalur yang benar,” katanya.
Selamat bertugas, Pak Guru….
KOMENTAR (0)