Meskipun memiliki latar belakang militer, namun Letnan Jenderal TNI (Purn) Soeyono sudah sangat dekat dengan dunia otomotif sejak berusia muda. Bahkan, di masa senjanya, mantan Pangdam Diponegoro kelahiran Malang, 13 Maret 1943 ini, mengaku masih gemar mengoleksi memorabilia bernuansa otomotif.
“Saya memiliki beberapa jenis mobil kuno. Mulai dari Jaguar, Ford, Mercedes, Jeep, sampai Volkswagen,” katanya.
Maka, berburu mobil klasik yang menyimpan legenda, jadi tantangan tersendiri baginya. Salah satunya adalah Ford buatan tahun 1928, yang dulu dikenal sebagai Ford AA atau Ford Beauty. “Mobil jenis ini menjadi legenda di sejumlah negara, bahkan masih banyak disimpan pecinta otomotif di Amerika,” katanya.
Sebuah Combi High Roof tahun 1977 miliknya, yang sudah dimodifikasi menjadi cafe berjalan, pernah dipinjam Tim VW INA saat melakukan lawatan ke Asean beberapa waktu lalu. Ia pun mengoleksi replika Buggy dan sebuah VW Kodok Hijau Army yang penuh dengan perangko – dan sempat menyita perhatian saat mejeng di pameran Otoblitz International Classic Car Show 2013.
Kendati mengaku biaya perawatan mobil-mobil tersebut sekarang terhitung cukup besar, toh ia beranggapan semua itu masuk akal, terlebih jika dikaitkan dengan upaya untuk mendapatkannya yang memang lumayan sulit.
Tak hanya mobil. Soeyono pun menyimpan beberapa sepeda motor klasik, sepeda onthel, serta ratusan miniatur mobil yang terpajang rapi di sebuah galeri seni di Lembang Bandung yang mengabadikan namanya: Galeri Seni Letjen TNI (Purn) RH. Soeyono, SE. Katanya, “Di dalam galeri seni itu juga tersimpan banyak koleksi buku, uang kuno, layang-layang, lukisan, wayang, dan ribuan filateli.”
Pokoknya, segala barang yang melegenda, berbentuk unik dengan merk terkenal dan ngetrend dimasa jayanya, selalu menjadi buruan Soeyono. Dan, kalau barang yang dicari sudah di tangan, ia pasti merasa sayang untuk menjual kembali.
Keinginannya sederhana: “Siapa tahu suatu saat nanti koleksi-koleksi saya berguna. Paling tidak, bisa menjadi acuan referensi ilmu pengetahuan untuk masyarakat di Indonesia.” Itu saja.
Belakangan, hobi yang digeluti bapak beranak tiga ini juga diikuti seluruh anggota keluarganya. Sang isteri suka menyulam dan mengoleksi boneka Barbie. Lia, anak pertama mereka, hobi menyulam. Dimas, si nomor dua, senang memodifikasi Action Figures. Sementara Diqi, si bungsu, menyukai Action Figures berbentuk robot.
Meski mulai sepuh, Jenderal bintang tiga yang terakhir kali menjabat sebagai Sekjen Dephankam tersebut tetap saja punya seabrek kesibukan. Ia tercatat sebagai sesepuh Harley Davidson Club Indonesia, Persatuan Penggemar Mobil Kuno Indonesia, Ketua Umum Volkswagen Indonesia Assosiasi, Ikatan Motor Besar Indonesia, Motor Antik Club Indonesia, selain juga aktif memimpin DPP Perkumpulan Filatelis Indonesia, DPP MKGR, sekaligus sesepuh Onthelis Indonesia.
Seakan masih belum cukup, Soeyono aktif pula membina paguyuban pedagang di Pulau Jawa, yang merupakan perkumpulan penjaja mie ayam dan penjual roti. Di kalangan perkumpulan olahraga lari lintas alam Hash House Harrier, ia mendapat julukan legendaris: “Bapaknya Hash”.
The Old Soldiers never die, they are just fade away…, memang.
KOMENTAR (0)