Bicara soal mesin rotary, Mazda adalah pabrikan otomotif yang paling konsisten mengembangkannya dan menggunakannya. Namun Mazda tidak sendirian, karena ada beberapa pabrikan otomotif lain yang juga bermain dengan mesin rotary. Dan inilah informasi seputar mereka
Alfa Romeo 1750 & Spider (1970)
Alfa Romeo pernah berminat pada mesin rotary dan membentuk tim gabungan bersama NSU untuk mengembangkan mesin tersebut. Faktanya, tim gabungan tadi masih kesulitan mencari solusi untuk kendala teknis yang tidak kunjung habis. Walau begitu, Alfa Romeo masih bisa merilis 1750 sedan dan Spider dengan mesin rotary versi satu rotor (50 hp) atau dua rotor (130 hp). Sayangnya, Alfa Romeo 1750 sedan dan Spider bermesin rotary hanya sebatas prototipe dan kemudian dihancurkan setelah dianggap tidak berguna lagi.
AMC Pacer (1975)
American Motors Corporation membuat Pacer secara khusus sebagai model produk yang memakai mesin rotary buatan Curtiss Wright dan GM. Setelah tak mampu mengatasi kendala teknis khas mesin rotary, Curtiss Wright dan GM menghentikan proyek tersebut. Alhasil hanya ada beberapa mesin rotary yang berhasil dibuat dan untuk model produksi memakai mesin konvensional enam silinder dan V8.
Chevrolet Aerovette (1976)
Awalnya GM ingin menggunakan mesin rotary untuk beberapa model produksi—salah satunya adalah Chevrolet Vega—namun terkendala oleh masalah tuning yang tidak pernah pas. Walau demikian, GM tetap mengembangkan mesin rotary untuk sementara waktu dan memasangnya pada beberapa prototipe racing car, termasuk Chevrolet Aerovette 1976 dengan 420 hp.
Citroen GS (1973)
Kendati sudah tahu kelemahan mesin rotary, Citroen jalan terus dengan merilis GS bermesin rotary dua rotor (disebut sebagai GS Birotor) berkapasitas 2 liter dan 107 hp pada tahun 1973. Menawarkan akselerasi istimewa, namun sarat masalah dan biaya mahal akhirnya menjadikan Citroen GS 1973 bermesin rotary hanya diproduksi sebanyak 900 unit selama dua tahun.
Citroen M35 (1969)
Citroen memproduksi segelintir M35, model eksperimental yang memakai sasis AMI 8 dan diproduksi sebagai coupe dengan mesin rotary rotor tunggal dan berkapasitas 0,5 liter disertai 49 hp. Citroen juga memproduksi M35 dengan suspensi hydropneumatic DS versi paket hemat. Sayangnya karena biaya produksi mahal, maka hanya dibuat 267 unit dari target awal 500 unit.
Mercedes-Benz C111 (1969)
Pabrikan otomotif sekelas Mercedes-Benz juga tertarik dengan teknologi mesin rotary dan menerapkannya pada dua unit prototipe (dari lima prototipe) C111 series yang diproduksi antara tahun 1969 hingga awal dekade 1970-an. Kedua prototipe C111 dipadankan dengan mesin rotary versi tiga rotor dan empat rotor. Mesin rotary yang paling kuat pada C111 dengan top speed 300 km/jam memiliki kapasitas 2,4 liter dan menghasilkan 350 hp.
NSU Spider (1964)
Felix Wankel menjalin kemitraan bersama pabrikan NSU yang bermarkas di Neckarsulm untuk memproduksi beberapa model dengan mesin rotary (Wankel). Produk perdananya adalah NSU Spider 1964 dengan mesin rotary rotor tunggal 498 cc 50 hp dan diproduksi sekitar tiga unit.
NSU RO80 (1967)
“The most famous model” dari NSU ini didukung mesin rotary dua rotor dengan kapasitas 995 cc dan 115 hp serta diproduksi sekitar 10 unit. Pada tahun 1968, SU RO80 meraih gelar “Car of the Year” berkat tampilan yang stylish dan sarat inovasi teknis.
Zhiguli & Samara (1984)
Pesona mesin rotary juga menyebar hingga Rusia berupa Lada (Fiat 124 versi Rusia) yang dilengkapi mesin rotary rotor tunggal dengan 70 hp. Kabarnya sekitar 250 unit Lada bermesin rotary diproduksi di Rusia termasuk Lada Samara yang dibekali mesin rotary dua rotor 130 hp. Mayoritas Lada digunakan oleh KGB dan polisi.
KOMENTAR (0)