“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

 

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Mari kita pergi dengan sang Gajah!

Lamborghini Urus memiliki keterkaitan dengan LM002 — alias Rambo Lambo, sebuah SUV bermesin Countach yang dipasarkan Lamborghini pada era 1980-an dan sangat digemari para raja minyak — seperti halnya saya menyukai Gal Gadot.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Pasalnya, dikarenakan oleh adanya legitimasi “kultur” offroad yang diwariskan LM002, Lamborghini mungkin jauh lebih berhak untuk membuat SUV dibandingkan pabrikan supercar lainnya. However, saya pun mengemudikan kedua mobil tersebut, baik Rambo Lambo maupun Urus – dan hanya terdapat sebuah persamaan diantara keduanya. Ya…, merknya! 

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

LM002 berbobot 3 ton ini dikembangkan dari kendaraan militer Cheetah bermesin belakang untuk US ARMY (meskipun AD Amerika Serikat pada akhirnya memilih AM General HMMWV). Sedangkan Urus adalah murni mobil non-militer, berbasis dari arsitektur MLB Evo buatan Volkswagen Group, yang juga digunakan pada Audi Q7, Bentley Bentayga, dan — dalam wujud short-wheelbase — Porsche Cayenne dan Volkswagen Touareg. Sebenarnya, jika Anda menggali lebih dalam, Audi A4 model terkini pun menggunakan platform MLB Evo. Shhhtttt….

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

The LM002 menggunakan versi mesin dengan torsi yang lebih besar dari mesin 5.2-liter V-12 bawaan Countach. Apakah Urus menggunakan versi down-grade dari mesin beringas 6.5-liter V-12 milik Aventador? Tidak. Seperti yang mungkin Anda bayangkan, terlebih dengan penggunaan platform MLB Evo, Lamborghini terbaru ini menggunakan mesin tangguh 4.0-liter twin-turbo V-8 lansiran Audi, sehingga Urus memiliki performa tenaga sebesar 650 hp dan torsi maksimum 850 Nm.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Mengapa tidak menggunakan mesin 12-silinder, seperti Bentayga, saudara satu platform-nya yang bermesin twin-turbo W-12 dengan output tenaga 600 hp dan torsi 900 Nm? “China,” ujar Maurizio Reggiani, Director of Research and Development Lamborghini. Negara tersebut memiliki kebijakan pajak (kendaraan bermotor) berdasarkan kapasitas mesin. Seluruh kendaraan bermesin di atas 4.0 liter dikenakan pajak barang mewah.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Urus menjadi amunisi utama Lamborghini untuk membidik pasar China yang sangat besar, dan menjadi bagian dari perencanaan pemasaran produk otomotif seperti halnya AS atau Eropa. Oleh sebab itu, tidak akan ada varian Urus bermesin 12-silinder. Hal ini pula yang menjadi penyebab mengapa Urus menggunakan transmisi automatic 8-speed dari ZF yang dilengkapi dengan sebuah torque converter, dan ini merupakan yang pertama kali bagi Lamborghini. Ingat, LM002 menggunakan transmisi manual 5-speed.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Selain itu, dengan adanya  torque converter tersebut, Urus tak memiliki hentakan torsi nan buas seperti  Aventador bertransmisi kopling tunggal dengan independent shifting rod, atau bahkan Huracán bertransmisi kopling ganda yang karakternya lebih jinak. Transmisi ini memiliki perpindahan gigi yang cepat dan presisi, namun saya lebih menyukai seting transmisi yang digunakan pada Audi S8. Selain itu, dikarenakan adanya peraturan homologasi kebisingan di AS (menggelikan!), bahkan pada mode Sport dan Corsa, suara knalpotnya menjadi tak seperti karakter yang aslinya — sebagaimana mestinya sebuah Lamborghini. Tentunya, ini masih tahap awal.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Dengan sejumlah kekurangan yang ada, menurut saya, Urus bisa melesat kencang walau mungkin tak seperti sebuah SUV atau Lamborghini. Pendapat saya, mungkin benar dalam satu hal, namun mungkin juga keliru dalam hal lainnya. 

Lamborghini mengklaim akselerasi 0–100 km/jam diraih dalam waktu 3,7 detik. Salah satu Urus yang kami gunakan dilengkapi perangkat Vbox data logger – dan saat saya mengaktifkan launch control, saya dapat menembus waktu 3,59 detik untuk mencapai kecepatan 100 km/jam. Reggiani bahkan mencatatkan rekor 3,43 detik. Dan, sehari sebelumnya, sahabat saya salah seorang jurnalis asal Inggris meraih waktu 3,34 detik – tapi mungkin dia curang! (hahaha…).

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Saat tim kami menguji Urus, harapan kami, setidaknya akselerasi 0–100 km/jam dapat diraih sekitar 3,2 detik (atau lebih cepat). Alat uji buatan eropa yang kami gunakan tidak memiliki ukuran perempat mil (400m), namun kami memperkirakan dapat memacu Urus dalam waktu kurang dari 11,5 detik dengan kecepatan 190 km/jam pada alat penjejak kecepatan. Anggap saja sebuah firasat. Lamborghini menggembar-gemborkan bahwa Urus mampu melaju hingga lebih dari 300 km/jam. Dan, saya hampir mencapainya!

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Lamborghini mengizinkan kami menggunakan dua unit Urus saat di sirkuit legendaris milik Porsche: Nardo Technical Center. Sirkuit yang memiliki panjang lintasan 6,2 km dengan 16 buah tikungan ini merupakan trek favorit saya, dan keraguan saya bahwa Urus hanyalah sebuah Lamborghini “biasa” segera sirna saat memasuki putaran kedua. Kami melesat di trek lurus hingga kecepatan 265 km/jam, dan sedikit demi sedikit menginjak rem saat masuk tikungan 1 – dan mobil besar bersetir kiri ini ke luar tikungan, lalu melesat dengan kecepatan 250 km/jam. Dalam sebuah SUV. Gila!

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Aha…, remnya! Urus dibekali dengan cakram rem terbesar di dunia: Cakram keramik-karbon 17,3-inchi yang dijepit kaliper 10-piston untuk roda depan. Ya, 10. 

Pada roda belakang, cakram berukuran 14,6-inchi dijepit oleh kaliper  empat  piston. Reggiani menjelaskan kepada saya, bahwa sebenarnya mereka ingin menggunakan cakram rem yang lebih besar, namun tidak akan muat pada velg standar 21-inchi. Jika Anda bukan tipikal pengguna mobil model standar, Urus juga tersedia dalam kombinasi velg berukuran 22- dan 23-inchi berbalut ban khusus Pirelli P Zero Corsa yang distempel kode “L”, yang berarti Lamborghini — persis seperti yang digunakan pada Centenario seharga lebih dari US$ 2 juta.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Masing-masing Urus mendapat jatah 20 putaran, ban dan rem harus bekerja keras untuk menghentikan laju SUV berpostur besar ini. Fitur rear-wheel steering dan perangkat torque-vectoring rear end (saat memasuki tikungan, putaran roda belakang dipercepat secara mekanis untuk mengurangi gejala understeer), nyaris membuat saya lupa bahwa saya sedang menerbangkan sebuah SUV besar berkeliling trek berkecepatan tinggi. Saya hanya ingat sedang mengendarai sebuah crossover raksasa tatkala saya melihat dua buah Urus lainnya juga sedang melintas bersama kami. Beberapa hari kemudian, saya baru menyadari bahwa Urus merupakan sebuah mobil yang cukup menyenangkan.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Berapakah bobot mobil ini? Reggiani mengklaim sekitar 2.155 kg, bobot yang sangat ringan untuk sebuah mobil berukuran besar. Dapat dikatakan, orang Italia menimbang bobot mobil dengan cara yang berbeda dari saya dan juga Anda. Saya memperkirakan mobil ini bobotnya lebih berat dari yang disebutkan. Sebagai perbandingan, Bentley Bentayga W-12 yang bongsor berbobot 2.564 kg. Kompetitor lainnya, BMW X6 M, bobotnya sekitar2.353 kg. Menurut saya, Urus setidaknya memiliki bobot kurang-lebih sekitar 2.200 kg. Boleh percaya atau tidak.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Terlepas dari angka pasti bobot yang disamarkan, Urus benar-benar menyenangkan. Pendapat saya tentang super SUV ini berubah drastis saat para kru dari Lamborghini membawa saya pada kecepatan tinggi di trek yang mirip etape rally. Dengan velg besar ukuran 21 inchi yang dipadukan dengan ban Pirelli Scorpion SUV, saya pun berkesempatan untuk menjajal tiga mode off-road baru pada Urus.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Selain mode standar yang telah ada – Strada (jalan raya), Sport, dan Corsa (sirkuit) – terdapat tambahan mode Sabbia (pasir), Terra (lumpur), dan Neve (salju). Fitur pilihan mode dapat diatur melalui tuas kecil yang terletak di sebelah kiri selektor transmisi. Lamborghini menyebut tuas ini dengan nama “Tamburello”, bahasa Italia untuk tamborin. Mengapa? Karena Reggiani mewujudkannya. Hal yang sangat mudah!

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Pada trek tanah, saya merasa seperti sedang mengendarai sebuah Ford Raptor versi Hennessey. Ya…, VelociRaptor – hanya saja agak sedikit lebih rendah. Limpahan torsi awal sudah mulai terasa pada trek rally tersebut. Saya tak berpindah dari gigi tiga, dan saya melesat dengan cepat. Bahkan terdapat cukup beberapa tikungan gigi satu yang cukup rapat. Selain dari traksi penggerak all-wheel drive-nya, pedal gas yang berat menghasilkan aksi drift yang mengejutkan, dan kemudinya pun sangat lincah untuk diajak bermanuver. Sejurus kemudian, sang Urus pun melesat dengan cepat di trek bergelombang. Benar-benar buas!

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Namun, apakah para pemilik Urus nantinya akan benar-benar membawa SUV super mereka yang sangat mahal ini terjun ke medan off-road? Hmmm…, mungkin saja akan ada beberapa orang yang melakukannya. Itulah sebabnya mengapa terdapat dua varian bodi: Versi sport (jalan raya) dan versi Dune.

Untuk versi Dune, terdapat sedikit ubahan pada area bodi bagian depan dan belakang  untuk meningkatkan sudut masuk dan keluar (approach dan departure). Para perancang di Lambo berpikir bahwa mungkin hanya akan ada tiga mode off-road modes pada Urus versi Dune, lalu memasarkan Urus model standar hanya dengan Neve (mode salju). Mungkin saja; dan mereka pasti sedang mempertimbangkannya.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Sejujurnya, masih banyak hal yang perlu mereka benahi. Versi akhir dari Urus mungkin belum akan siap hingga beberapa bulan mendatang. Perjalanan kami dengan mobil yang berkamuflase ini (cukup banyak yang mengira bahwa ini adalah sebuah Audi), membuat kami berpikir — andai saja — mereka dapat menyempurnakan Urus sebelum resmi dijual.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Yang harus dilakukan menurut saya? Pertama, promosikan mobil ini ke pangsa pasar yang menyukainya. Dua, perlu adanya penanda perpindahan gigi pada mode Corsa. Tiga, rasio kemudi variabel pada mode Corsa perlu diperkecil (rapat). Empat, membuat sebuah mode Sport/Off-road — dan mungkin cocok jika diberi label “TerraVeloce” — fungsinya untuk mempercepat perpindahan gigi saat melintasi trek off-road. Di luar empat yang saya sebutkan, saya sangat menyukai SUV buatan Lamborghini. 

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Saat Porsche memperkenalkan Cayenne, sebuah sport SUV tulen, para puritan Porsche banyak yang mencibir dan “menolak” kehadirannya. Namun, Porsche yakin bahwa penjualan SUV yang sangat laris akan menjamin ketersediaan dana segar bagi Divisi R&D — sehingga masa depan 911 akan tetap terjamin. Dan, kelak Lamborghini akan mengalami hal yang sama seperti Porsche.

“Magic Bullet”: Lamborghini Urus 2019

Selain itu, aliran pundi-pundi yang masuk dari Urus harus dapat menjamin keberlangsungan model mobil apa pun yang nantinya akan menggantikan Aventador dan Huracán, serta tetap menjadi idola bagi semua orang – mulai dari kanak-kanak, pria dewasa, maupun para wanita. Jikalau Anda memang menyukai Lamborghini, tentu Anda juga akan menyukai Urus.

 

 

TAGS

KOMENTAR (0)