Secara logika, jika mendengar kata “mini” akan identik dengan sesuatu yang paling kecil, mungil, dan sempit. Meski benar begitu, sosok hatchback mungil yang dilahirkan oleh pabrikan British Motor Corporation dengan nama MINI ini menjadi sebuah ikonik berjalan karena memiliki dimensi yang unik, hingga kini.
MINI masa silam memang terbilang sangat kecil dalam hal ukuran. Namun, seiring berjalannya waktu, membuat MINI tak lelah berevolusi untuk menjadi sebuah kendaraan city car yang simple, desain berkelas mewah dan berkarakter sporty, serta mengusung styling retro klasik yang modern.
Saya pun mendapat kesempatan untuk membawanya jalan-jalan. Terlebih yang saya kendarai ini merupakan varian tertinggi dari jajaran MINI Cooper beratap konvertibel. Yap, MINI Cooper S Cabrio yang saya kencani merupakan generasi terbaru MINI 4-seater, yang berevolusi secara progresif untuk menghadirkan kesan unik, dengan paduan atap soft-top yang dapat terbuka lewat gaya khas MINI modern, namun berjiwa retro yang kental.
Waktu masih menunjukkan pukul 07.00, namun saya sudah melaju santai di ruas tol Bintaro-BSD menuju lokasi shooting. Kilau cahaya pagi tak segan membasuhi setiap panel eksterior berwarna biru Carribean Aqua metalik hingga masuk kabin lewat celah atap yang memang sengaja saya buka. Berada di dalamnya, seolah sedang bersantai di laut karibia sambil mengunyah coklat almond terlezat di bawah sinar matahari pagi.
Eksterior dengan struktur bodi yang solid, merupakan paduan lengkap dari suatu desain unik yang agresif lewat tarikan garis tegas dan lekukan yang sporty. Permainan ornamen garis krom yang mengitari di bagian shoulder line, memperlihatkan aura elegan yang begitu indah, terutama saat atapnya melakukan drop-top hingga terlipat di belakang.
Begitu juga bagian waist line yang terlihat lebih sexy dari model sebelumnya, serta over fender yang mengisi di seluruh bagian bawahnya terasa pas dengan paduan velg Propeler Spoke berkelir two-tone 17-inci, dengan balutan ban Pirelli P ZERO berukuran 205/45-17 yang, menurut saya, sangat asyik untuk membawa si cantik ini menikung tajam dan berhenti secara maksimal.
Suasana kokpit pun terasa menyenangkan mata. Posisi dasboard yang luas dengan detail panel circular yang menarik di bagian kisi AC dan tengah dashboard sebagai layar multimedia berukuran 8,8-inci, sangat terlihat cocok dengan karakter mobil. Gaya circular ini diimbangi oleh konsol berbentuk “T” yang menjalar hingga ke bagian tengah yang terisi glove box, cup holder dan hand rest.
Rumah transmisi terisi oleh sepotong material kulit dengan stiching merah yang mantap untuk digenggam. Begitu juga lingkar kemudi dengan pegangan yang sangat nyaman dan dipenuhi oleh tombol rotari cruise control, voice call, juga paddle shift.
Ambient light dalam kabin pun sengaja saya pilih di warna biru yang mirip dengan warna eksterior, walaupun masih banyak pilihan warna lainnya. Saya juga sangat menyukai warna kulit coklat kayu yang membalut setiap kursinya. Terasa berbeda dan menunjukkan kesan perpaduan vintage retro dan modern yang mendalam saat duduk di atasnya.
Berbagai peralatan penting yang saya bawa secara mudah dapat masuk dalam ruang bagasi berkapasitas 215 liter dengan posisi atap tertutup. Telinga pun dimanjakan dengan sistem audio bersuara jernih yang diantarkan 6 speaker dan dua tweeter dari Harman Kardon di sekeliling kabinnya.
Seusai shooting bersama tim Otoblitz, saya segera membawanya menuju kawasan utara untuk melakukan sesi foto di sana. Sensasi terliar pun terjadi saat saya melakukan sedikit guilty pleasure di sebuah jalan protokol yang ramai dengan merebahkan atap sliding soft-top berbahan kanvas bermotif Union Jack yang memiliki dua mode pembukaan.
Secara spontan, saya dapat merasakan kenikmatan yang berbeda ketika atap tertarik secara otomatis saat melaju dengan kecepatan 30 km/jam. Proses ini dapat dilakukan hanya dengan menekan tombol yang terdapat di rangka atap depan. Memerlukan waktu sekitar 18 detik, maka rangka jendela dan jendela samping secara otomatis terlipat rapi di posisi belakang. Atap ini sengaja tidak tertelan masuk di bagasi belakang untuk menampilkan kesan mendalam sebuah mobil cabrio retro modern yang unik.
Saya justru akan menyesal jika tidak mencoba sensasi yang membedakan antara varian Cooper S Cabrio dengan hatchback lainnya saat berada di jalan umum. Karena disitulah nilai pembeda untuk kemewahannya, meskipun suara dari luar cukup terdengar ke dalam kabin saat atap tertutup rapat.
Tidak ada sedikitpun rasa waswas bagi saya untuk bergelut di kemacetan. Nyatanya, city car ini terasa gesit dan sangat fun to drive untuk digunakan di jalur perkotaan yang padat.
Ruang gerak yang sempit mampu dilahap dengan tenang saat melewati kemacetan. Antaran akselerasi dari mesin 4-silinder berkapasitas 2.0L TwinPower Turbo bertenaga 192 hp, dengan torsi 280 Nm, sanggup memberikan performa memuaskan yang sesuai untuk kondisi perkotaan.
Tersemat tiga pilihan mode berkendara yang sesuai dengan kebutuhan; seperti mode GREEN untuk melaju santai dengan efisiensi bahan bakar maksimal, mode MID lebih kepada setingan mesin standard, dan mode SPORT untuk membuka penuh semua tenaga mobil lewat akselerasi dan sensasi “go-kart feeling” yang sesungguhnya.
Yang menarik, setiap memilih mode berkendara, maka cahaya circular di tengah dashboard pun secara cepat akan berubah menjadi hijau, kuning, dan merah sesuai pilihan. Akselerasi tenang tanpa lag pun datang dari transmisi otomatis Steptronic 6-speed, yang mampu mengoptimalkan perpindahan gigi secara halus. Saya juga tetap menyalakan fitur auto start/stop selama perjalanan, dengan pilihan mode berkendara di posisi “Green” untuk kenyamanan berkendara yang maksimal.
Bantingan dari suspensi MacPherson Strut dan Independent Multi-Link yang disematkan pada kaki-kaki Cooper S Cabrio agak terasa keras, terutama saat melewati jalan bergelombang, dan membuat kurang nyaman penumpang yang duduk di kursi belakang. Untungnya, suspensi ini memiliki tingkat rigid yang pas saat menikung.
Rasa pengendalian dari lingkar kemudi dengan sistem elektrik, juga terasa enteng dan sangat stabil. Sedikit terpaksa merasa tega jika harus mengajak dua orang dewasa di kursi belakang. Posisi leg room masih terbilang sempit, dan posisi duduk rata mengharuskan kaki penumpang akan terbentur bagian belakang kursi depan.
Kembali lagi, ini adalah MINI. Harmoni antara sebuah ikonik retro yang kian berevolusi menjadi suatu kendaraan minimalis modern yang cocok untuk menemani aktifitas harian para konsumen muda yang energik dan dinamis saat ini.
MINI Cooper S Cabrio ditawarkan dengan harga off-the-road di angka Rp 789 juta, sekitar Rp 150 juta lebih mahal dari kembarannya Cooper Cabrio yang bermesin 3-silinder. Namun, secara keseluruhan, saya mendapatkan kenyamanan yang maksimal dengan mengendarainya secara langsung. Mungkin banyak pilihan model lain dengan harga yang setara mobil ini, namun untuk kepuasan berbeda, MINI Cooper S Cabrio adalah salah satu rekomen pilihan menarik yang patut dimiliki.
MINI COOPER S CABRIO
- Harga: Rp. 789.000.000 (off-the-road)
- Layout kendaraan: Mesin depan, FWD, 2-pintu, hatchback konvertibel, 4-penumpang
- Mesin: 2.0 Liter, 4-Cylinder MINI TwinPower Turbo Engine – Turbo Charging, Direct Injection, VALVETRONIC, Dual VANOS, 192hp/280Nm
- Transmisi: Otomatis, Steptronic 6-speed
- Wheelbase: 2.945 mm
- Jarak terendah: 1.501 mm
- Dimensi P x L x T: 3.850 x 1.727 x 1.415 mm
- Kapasitas tangki: 40 liter
- Bobot berat: 1.755 kg
- Dijual di Indonesia: Saat ini
KOMENTAR (0)