Ada selusin definisi tentang Best Driver’s Car. Namun, hanya akan ada satu pemenang!
Untuk meraih predikat Best Driver’s Car, sebuah mobil harus memiliki keseimbangan antara performa, respon pengendalian, dan desain yang memudahkan pengemudi. Pemenang harus memiliki kepribadian yang multi-dimensi; sebuah mobil yang dapat menyenangkan dan memuaskan hati para pengendara di jalan mana pun dalam situasi apa pun, terlepas dari kondisi cuaca maupun lalu-lintas.
Tahun ini, kami memiliki beragam kandidat yang mewakili brand asal Italia, Jerman, Jepang, Inggris, dan tentunya jagoan bermesin V8 dari Amerika Serikat. Namun, dikarenakan tim penguji sedikit bingung dengan hasil pengujian, maka tidak ada yang benar-benar menjadi juara. Benar-benar membingungkan!
Aston Martin DB11: “It’s Not a Good Driver’s Car”
Masalah terbesar saat menguji mobil sport dengan performa setara adalah menentukan siapa yang pantas menjadi juru kunci. Tapi, memang harus ada yang menempati posisi terakhir, dan kami memberikan podium ke-12 kepada Aston Martin DB11.
Sejatinya DB11 adalah mobil yang hebat, namun “it’s not a good driver’s car”. Terasa berat dan terasa soft. Ada banyak sisi positif yang dimiliki mobil ini. “Semuanya indah luar-dalam,” kata Miguel Cortina, Associate Editor. Performa mesin juga mengesankan. Derek Powell, sang Juri Tamu, menyebut suara motor starter-nya sebagai “Tuhan sendiri yang melilitkan kabel starter pada flywheel dan menariknya.”
Nissan GT-R NISMO: “Godzilla” Tua
Posisi ke-11 diraih oleh kontestan yang nyaris didiskualifikasi, alias DNF: Nissan GT-R NISMO. Di luar masalah teknis, prestasi Nissan menempati posisi ke-11 membuktikan ketatnya kompetisi dalam event Best Driver’s Car tahun ini.
Yeah, Nissan GT-R NISMO memang terasa berat dan kurang mantap saat menikung, juga tidak sekencang “kids on the block” lainnya. “Menurut saya, performanya tetap impresif karena banyak improvement yang dilakukan Nissan untuk GT-R,” jelas Ed Loh, Editor-in-Chief. “Godzilla” memang semakin tua, tapi performanya tetap hebat.
Mazda MX-5 Miata RF Club: Pilihan “Entry-Level Racer”
Podium ke-10 menjadi milik Mazda MX-5 Miata RF Club.
Miata adalah pilihan tepat bagi para entry-level racer karena berbagai faktor (dan bukan hanya faktor harga), khususnya dalam hal keseimbangan yang prima dengan batasan kemampuan yang bisa diprediksi oleh pengemudi. Sejatinya belum ada penyempurnaan yang signifikan pada Miata ragtop, apalagi ditambah beban perangkat atap seberat 60 kg yang ribet dan sempit (mentok dengan helm pengemudi). Para juri pun merasa kurang puas dengan setingan suspensi Mazda.
McLaren 570GT: “Sang Pecundang”
Sakitnya menjadi pecundang kini dialami oleh McLaren. Setelah 570S meraih gelar juara Best Driver’s Car tahun lalu, tahun ini McLaren hanya menduduki podium ke-9. Rupanya 570GT tidak punya posisi yang jelas di jalanan.
Memang, 570GT unggul dalam hal kualitas kemudi, kepresisian dan brake feel yang impresif. Namun, mobil ini kurang meyakinkan bagi pengemudi untuk dipacu lebih ekstrem. “Sayang sekali keajaiban 570S tidak ada pada 570GT,” kata Chris Walton, Road Test Editor . “Mobil hebat, tapi pecundang.”
Lexus LC 500: Atlet yang Hebat dan Mantap
Jonny Lieberman, Senior Features Editor, punya alasan menentang kehadiran Lexus LC 500 karena dimensinya yang besar dan berat. Tapi, ia “kena batunya” setelah melihat hasil akhir finish pada urutan ke-8. Jonny bilang, “Folks, ada atlet hebat di sini!”
Kami semua terpesona dengan performa mesin Lexus V8, transmisi otomatis yang cepat dan karakter kemudi yang mantap – sekalipun LC cepat mengalami gejala understeer pada kondisi ekstem. “Perbaiki semuanya, kurangi beratnya, tambah tenaganya dan Anda mendapatkan mobil GT yang sangat hebat,” jelas Scott Evans, Associate Editor.
Corvette Grand Sport Z07: Terkesan Sempurna
Tampaknya hanya Chevrolet Corvette yang terkesan sempurna, dan seperti itulah persepsi awal tentang Corvette Grand Sport Z07 yang berada di posisi ke-7. Hal itu disumbangkan oleh performa hebat mesin V8 6,2 liter dengan powerband yang besar dan mantap.
Seharusnya tenaga mesin ditambah 100 hp, tapi performa yang kami rasakan juga sudah cukup baik. Transmisi menjadi masalah terbesar bagi Corvette – harus dioperasikan dengan halus, gear ratio-nya terlalu tinggi, dan terlalu lebar untuk performance driving.
Alfa Romeo Giulia Quadrifoglio: Karakter “Serbasusah”
Posisi ke-6 ditempati Alfa Romeo Giulia Quadrifoglio. Mobil ini punya karakter “serbasusah”, tapi hal itu menjadi salah satu faktor “fun” bagi kami saat mencobanya. Mesin terasa lemah di putaran rendah namun sangat bertenaga di putaran tinggi, sementara kemudinya sangat cepat dan ringan, sehingga Anda harus berhati-hati setiap saat agar tidak keluar jalur. “LOL-kemudi yang cepat, gear ratio ‘pendek’ dan powertrain turbo yang hebat,” kata Ed Loh.
Dan inilah posisi 5 besar yang paling menegangkan, karena semuanya berpeluang sama besar untuk menjadi juara Best Driver’s Car tahun ini.
Mercedes-AMG GT R: Jangan Setengah-setengah
Hanya kalah sedikit dengan juara ke-4, Mercedes-AMG GT R adalah mobil yang sangat istimewa. “Jangan pernah merasa segan untuk memacunya dengan agresif,” jelas Erick Ayapana, Associate Road Test Editor. Namun, Anda harus menjadi pengemudi sempurna untuk bisa menikmati performanya secara optimal. Jika Anda bisa menguras semua kemampuannya, Anda mendapatkan kesenangan luar biasa, grip sempurna, dan perpindahan gigi yang sangat cepat. Jadi, jangan setengah-setengah.
Chevrolet Camaro ZL1 1LE: Prestasi Rekayasa Teknik
Chevrolet Camaro ZL1 1LE yang finish di posisi keempat mengundang perdebatan. Kami sependapat tentang tenaga dan daya cengkeramnya. Fakta bahwa semua tenaga 650 hp Camaro digunakan tanpa membuat grip roda belakang menguap dengan cepat, itu adalah prestasi rekayasa teknik. Tapi, beberapa dari kami bersikeras bahwa mobil ini tidak bisa menjadi pemenang Best Driver’s Car jika Anda tidak ingin mengendarainya setiap hari.
“Saya mungkin sudah kehilangan semua tambalan gigi. Ginjal saya nyeri,” keluh Derek.
“Beberapa juri merasa pengendaraannya terlalu kasar dalam perjalanan ke kelas Pilates, tapi siapa yang peduli ? Finish di posisi keempat adalah sebuah kegagalan demokrasi,” balas Jonny.
Porsche 911 Turbo S: Kompeten di Setiap Level
Satu suara yang memisahkan mobil yang finish kedua dan ketiga. Satu. Porsche 911 Turbo S mendapatkan perunggu karena prestasi teknologinya yang luar biasa. Mobil ini seperti tidak pernah kehabisan daya cengkeram.
“911 Turbo S dengan mengagumkan sangat kompeten di setiap level – tanpa ada kompromi yang kasat mata – membuat mudah untuk melupakan seberapa tinggi limitnya,” kata Derek. “Beberapa orang mungkin tergoda untuk menyiksa Porsche karena keagungannya yang tidak tergoyahkan. Salah besar!”
Porsche 718 Cayman S: Bersemangat dan Manis
Hidup ini lucu. Porsche 718 Cayman S tidak seharusnya di sini. Kami tidak mengundangnya, hingga ada yang membatalkan di detik terakhir membuat kami kelimpungan mengisi posisi yang kosong. Sekarang 718 Cayman S melenggang dengan medali perak.
“Ada sesuatu yang membuat benar-benar bersemangat dan manis dari mobil ini,” ucap Alisa Priddle, Detroit Editor. “Mobil ini sangat seimbang dan mulus, aliran tenaganya lancar dan responsif dengan sedikit input setir.”
Mark Rechtin, Executive Editor, setuju: “Ini mesin pengukir tikungan yang menyenangkan dan menggoda Anda untuk memaksa limit Anda lebih jauh.”
Ferrari 488 GTB: Tenaga Dahsyat Gelombang Demi Gelombang
Anda berpikir supercar bermesin tengah hanya jago di satu bidang, namun Best Driver’s Car 2017 membuktikan hal itu salah. Posisi pertama jatuh pada Ferrari 488 GTB.
Ferrari ini membuat Anda melakukan usaha terbaik di belakang setir. Mobil ini merebut perhatian Anda, memfokuskan pada diri Anda, dan membantu Anda meningkatkan kemampuan. 488 GTB membuat Anda tahu ketika Anda mengacau dan memaksa serta mendesak Anda untuk memacunya lebih baik di lain waktu.
Mesin Ferrari 488 GTB tidak ada habis-habisnya menyerang indera Anda, dengan tenaga dahsyat gelombang demi gelombang.
THE JURY:
- Ed Loh, Editor-in-Chief
- Mark Rechtin, Executive Editor
- Jonny Lieberman, Senior Features Editor
- Chris Walton, Road Test Editor
- Christian Seabaugh, Features Editor
- Alisa Priddle, Detroit Editor
- Scott Evans, Associate Editor
- Erick Ayapana, Associate Road Test Editor
- Miguel Cortina, Associate Editor
- Derek Powell, Guest Judge
- Randy Pobst, Professional Racer
KOMENTAR (0)