Berjalan melewati lantai Terminal 3 D Bandara Soekarno-Hatta sembari menggengam segelas Hazelnut Latte Espresso menuju smoking room mengawali pagi saya untuk kembali bertualang. Jabat tangan pun terus menjadi keceriaan saya saat bertemu beberapa rekan satu profesi yang juga turut menemani perjalanan saya pagi ini sesampainya di smoking room.
Petualangan kali ini tak lain untuk memenuhi ajakan Mercedes-Benz Indonesia dalam perjalanan driving experience bertajuk Hungry for Adventure 2019 dengan destinasi Yogyakarta hingga Semarang selama 3 hari sambil merasakan keunggulan semua line-up SUV Mercedes-Benz dan melakukan serangkaian kegiatan seru.
Benar saja, dua jam kemudian saya sudah menginjakkan kaki di Bandara International Adisutjipto, Yogyakarta bersama 20 jurnalis lain dan segera menuju PT Kalimas Arubu Indonesia, sebuah dealer Mercedes-Benz yang bernaung di kota ini untuk menjemput unit Merc yang akan saya kendarai.
Suara klakson ‘telolet’ pintar dari bus yang kami naiki seraya menghibur awal perjalanan kami semua saat melintas jalan kota. Yogyakarta adalah satu-satunya kota kerajaan Indonesia yang masih diperintah oleh monarki, dengan populasi 422.732 jiwa kota ini pun merupakan pusat penting bagi kegiatan seni dan budaya Jawa klasik seperti tarian, tekstil batik, drama, sastra, musik, puisi, kerajinan perak, seni visual, dan wayang.
Sekitar setengah jam, saya pun tiba di lokasi PT Kalimas yang hampir seluruh ruas parkirnya terisi oleh varian Mercedes seperti GLA, GLC, GLE dan GLS. Setelah makan siang dan mendengar sambutan hangat dari Roelof Lamberts, President & CEO PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia, saya dan rombongan segera berangkat menuju Pantai Widodaren yang berada di kabupaten Gunung Kidul untuk memulai aktifitas di hari pertama.
Dengan mengendarai varian GLC 250 4-Matic dan ditemani seorang kawan dari Detik.com, saya mulai menempuh perjalanan panjang dengan jalur luar kota berjarak hampir 3 jam. Halusnya jalur aspal pulau Jawa terus membuat saya menikmati hantaran mesin empat-silinder in-line yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 211 hp dan torsi 350 Nm pada tubuh GLC 250 4-Matic melalui transmisi otomatis 9G-TRONIC. Ini merupakan transmisi otomatis 9-kecepatan pertama di dunia dengan konverter torsi hidrodinamik yang menjadi tolak ukur baru bagi sisi efisiensi, kenyamanan dan dinamisme dari sebuah SUV premium.
Puas menyantap nikmatnya lobster bakar ditemani pesona Pantai Widodaren, saya kembali berjalan menuju destinasi berikut yaitu Gumuk Pasir di kawasan Pantai Parangtritis untuk melakukan kegiatan Sandboarding yang kerap menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Perjalanan cukup memakan waktu panjang dihiasi jalur persawahan dengan alur bukit. Kabin tenang milik GLC 250 4-Matic tetap memberikan bantingan suspensi yang pas di posisi mode berkendara Sport. Respon balik kemudi secara keseluruhan sangat bagus. Transmisi sembilan-kecepatan terasa sempurna pada putaran mesin rendah, namun tetapsiap menghantarkan sebagian besar kekuatan mesinnya jika saya melakukan up shift untuk menjaga jarak dalam rombongan.
Hari kedua, saya terbangun segar di sebuah kamar yang berada di Plataran Heritage Borobudur Hotel yang berada dekat dengan Candi Borobudur. Setelah selesai santap pagi, kami segera bersiap untuk melakukan aktifitas Hungry for Adventure yang cukup ekstrim, menjelajah Gua Jomblang di kawasan Gunung Kidul. Kali ini saya memilih untuk merasakan keseruan perjalanan mengendarai the new GLA 200 Urban, varian SUV Mercedes-Benz berkarakter progresif dengan pengendalian yang lincah.
Rasa penasaran yang tinggi membuat saya ingin pembuktian jelas apakah GLA seharga Rp. 699 juta off the road ini mampu menghadapi tantangan berkendara harian sekaligus juga tangguh saat digunakan bertualang. Bagian interior terbilang cukup premium.
Sentuhan karakter elegan hadir melalui kursi terbalut ARTICO leather plus pengaturan mode elektrik, ambient light dengan 12 warna pilihan juga panoramic roof beralaskan kain pelapis yang juga digunakan pada GLS 400. Ini sudah sangat cukup, mengingat model ini sangat cocok untuk dijadikan kendaraan harian yang praktis. Sistem audio dan entertainment standar sudah terintergrasi dengan CarPlay dan Android Auto.
Perjalanan dari Magelang menuju kawasan Gunung Kidul memiliki ruas yang identik sama dengan jalur di hari pertama perjalanan saya. Rute berkelok dengan kontur menanjak dan menurun terus menerus diredam mulus oleh suspensinya. Memang terasa bantingan sangat rigid saat berjalan pelan, namun sangat nyaman saat melaju di kecepatan tinggi.
Sesampainya di area lokasi, jalur aspal pun hilang tergantikan oleh jalur semi hutan dengan tanah bebatuan yang becek. Saya pun tetap berkendara santai karena kenyamanan off-road pada GLA terletak pada tinggi bodi yang meningkat 30 milimeter dengan dukungan ground clearance yang lebih tinggi (213 mm), juga posisi kursi yang lebih tinggi hingga menambah sisi visual yang jelas bagi saya.
Singkat kata, kegiatan Hungry for Adventure kali ini berhasil mengajak saya dan rombongan mengeksplorasi Gua Jomblang dengan kedalaman vertikal sejauh 90 meter secara ekstrim. Merangkak turun tebing dengan bantuan tali sling yang tipis alhasil menjadi suatu pengalaman mengesankan untuk diingat.
Belum sampai di situ, gua ini ternyata menyimpan pesona alam bawah tanah yang menakjubkan kala saya menembus bagian dalamnya dan menyaksikan pilar cahaya yang sering disebut “Ray of Light” menembus masuk melalui mulut gua pada jam-jam tertentu.
Sebagai penutup dan sedikit terlupakan, Mercedes-Benz Indonesia turut membawa serta bintang barunya yakni, The new Mercedes-AMG G 63. Yap, G-Class 63 ini menduduki posisi yang unik dalam kategori kendaraan off-road berperforma tinggi dengan menawarkan sistem penggerak yang kuat, suspensi AMG RIDE CONTROL terbaru, mode transmisi khusus AMG dan widescreen cockpit dengan tampilan optimal.
Dipenuhi sejumlah fitur berkualitas tinggi, mesin 4.0-liter V8 biturbo bertenaga 585 hp, sistem rear-biased all-wheel drive (40:60) dan three differential locks, transmisi otomatis 9-kecepatan untuk perpindahan gigi secara cepat, suspensi depan independent double wishbone serta redaman yang dapat disesuaikan secara adaptif sehingga memberikan kinerja khas AMG Driving Perfomance saat berkendara di lintasan off-road maupun di jalanan beraspal.
Sayang sekali, saya hanya sempat mengendarainya sekitar lima kilometer pada jam 5 pagi dari lokasi hotel hingga Candi Borobudur saja. Jujur, saya belum bisa mengatakan apapun tentang performa maupun pengendaliannya, walaupun saya ingin merasakan semua hal itu.
Rundungan kecewa pun perlahan sirna, saat melihat panorama indah yang dibiaskan sinar matahari terbit yang mulai bercahaya dari atas Candi Borobudur sambil memejamkan mata dan tersenyum menikmati hangatnya paparan mentari pagi itu. [Rizky Dermawan]
KOMENTAR (0)