Pengoperasian kendaraan berukuran besar dan berat seperti bus maupun truk membutuhkan sistem pengereman yang optimal. Sudah terbayang “hasil akhirnya” jika ada bus atau truk yang kehilangan kendali dan lajunya tidak bisa dihentikan. Itu sebabnya, bus dan truk bukan semata mengandalkan rem utama untuk mengurangi laju dan berhenti. Berbeda dengan kendaraan lain yang hanya memiliki sistem rem utama hidraulik, perangkat rem utama pada bus dan truk dibekali fitur tambahan seperti rem gas buang dan retarder. Salah satu kelemahan sistem rem gas buang adalah suara yang cukup bising karena berasal dari gas buang yang dimampatkan. Bagi sebagian orang, suara tersebut kurang nyaman sehingga banyak pabrikan yang menggantikan rem gas buang dengan retarder karena mampu beroperasi secara senyap dan menghasilkan daya pengereman yang optimal.
Pada umumnya, unit retarder ditempatkan di antara transmisi dan as kopel dan bagian dalam (retarder) berisi cairan atau fluida (biasanya pelumas dengan kekentalan tertentu). Ketika deselerasi dibutuhkan, maka cairan di dalam retarder akan bersirkulasi dan menciptakan “viscous drag” sehingga mengurangi laju kendaraan. Efeknya seperti memakai pelumas ekstra kental.
Perangkat retarder pada bus dan truk bisa difungsikan secara manual atau otomatis. Aktivasi manual berarti pengemudi yang mengatur penggunaan retarder melalui tuas di samping kolom kemudi. Sedangkan pengoperasian retarder secara otomatis berarti retarder akan aktif setiap kali pedal rem difungsikan oleh pengemudi.
KOMENTAR (0)