‘Fury’ adalah nama yang sangat kuat dan berkelas bagi mobil klasik di era tahun 1950-an. Awalnya, produsen otomotif asal Amerika Serikat, Plymouth, menginginkan Fury hadir sebagai ‘ikon’ bagi brand mereka.
‘Ikon’ ini haruslah menjadi sebuah mobil yang dapat membuat orang penasaran, lalu mencari informasi tentang mobilnya, untuk kemudian mendambakannya dan memilikinya; bahkan jika mereka hanya mampu membeli Plymouth model lain yang harganya lebih terjangkau.
Strategi ini ternyata berhasil, dan Fury pun diproduksi dalam rentang waktu yang cukup lama, mulai tahun 1956 hingga 1978. Setelahnya, Plymouth juga meluncurkan model Gran Fury sejak 1980 hingga 1989, yang cukup sukses di pasaran.
Dengan mesin kapasitas 4.965 cc dan menghasilkan daya 240 bhp, Plymouth Fury juga mampu mencapai top speed yang mengagumkan di masa itu, 144 mph atau 230 km per jam saat diuji di ajang Daytona Speed Weeks. Beberapa waktu sebelumnya, Fury mencapai top speed 124 mph atau 198 km per jam saat diuji di Flying Mile, Daytona, pada hari yang sama dengan peluncurannya di Chicago Auto Show, Februari 1956.
Fury juga memiliki desain yang ciamik, dan awalnya tersedia dalam warna putih dan emas. Warna utama bodinya adalah putih telur -warna yang eksklusif diterapkan untuk Fury- dan dihiasi dengan garis aluminium berwarna emas pada kedua sisinya, menimbulkan kesan bagai petir yang menyambar.
Pada masa keemasannya, Fury dibanderol seharga USD 2.866 (sekitar Rp 28,6 juta) dan menjadi mobil dengan harga jual termahal yang diproduksi Plymouth. Walaupun ditujukan untuk pasar eksklusif, Plymouth Fury tetap laris terjual sebanyak 4.485 unit.
Salah satu modelnya, Sport Fury keluaran 1958, bahkan menjadi ‘bintang utama’ film horor besutan John Carpenter, Christine, yang diangkat dari novel Stephen King terbitan tahun 1983 dengan judul yang sama. **1001 Cars to Dream of Driving Before You Die/MS
KOMENTAR (0)